Fragmen KEARIFAN KIAI (2)

Kiai Hasyim Tegur Keputusan Hisab Menantunya

Kam, 16 Juli 2015 | 08:31 WIB

Di lingkungan pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU), banyak sekali ahli ilmu falak (astronomi). Memang biasanya seorang kiai tidak hanya menguasai satu ilmu, tapi lebih, biasanya seorang generalis. Tidak sedikit ulama yang ahli ketabiban, falak, dan kanuragan, bahkan itu menjadi tradisi ulama pesantren.

KH Maksum Ali, Jombang, seorang ahli falak yang juga menulis kitab tentang falak. Sudah menjadi kelaziman bagi ahli falak untuk melakukan puasa dan lebaran sesuai hasil hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat(observasi/melihat hilal)-nya sendiri. Pada suatu hari sesuai dengan hasil perhitungannya, Kiai Maksum Ali memutuskan untuk ber-Idul Fitri sendiri yang ditandai dengan menabuh bedug bertalu-talu.

<>

Mendengar keriuhan itu, sang mertua, Hadratus Syeikh KH Hasyim Asyā€™ari kaget. Setelah tahu duduk perkaranya, ia menegur, ā€œHei, bagaimana kau ini, belum saatnya lebaran kok bedug-an duluan?ā€

Mendapat teguran dari mertuanya itu Kiai Maksum segera menjawab dengan tawadlu (hormat), ā€œYa, Kiai, saya melaksanakan Idul Fitri sesuai dengan hasil hisab yang saya yakini ketepatannya.ā€

ā€œSoal keyakinan, ya keyakinan, itu boleh dilaksanakan. Tetapi jangan woro-woro (diumumkan dalam bentuk tabuh bedug) mengajak tetangga segala,ā€ gugat Kiai Hasyim, pendiri NU tersebut.

ā€œTetapi bukankah pengetahuan ini harus di-ikhbar-kan (diwartakan), Romo?ā€ tanya Kiai Maksum.

ā€œSoal keyakinan itu hanya bisa dipakai untuk diri sendiri, dan nabuh bedug itu artinya sudah mengajak, mengumumkan kepada masyarakat, itu bukan hakmu. Untuk mengumumkan kepastian Idul Fitri itu haknya pemerintah yang sah,ā€ tutur Kiai Hasyim.

ā€œInggih (iya) Romo,ā€ jawab Kiai Maksum setelah menyadari kekhilafannya. (Munā€™im DZ)

Diceritakan kembali dari KH Ghazalie Masroerie
(Ketua Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama)