Nasional

Debat Cawapres, Pakar: Jangan Jadi Penonton saat Ekonomi Digital Masuki Era Industri 5.0

Rab, 20 Desember 2023 | 20:30 WIB

Debat Cawapres, Pakar: Jangan Jadi Penonton saat Ekonomi Digital Masuki Era Industri 5.0

Debat cawapres perlu membahas strategi Indonesia mengembangkan ekonomi digital. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online

Debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) akan segera terselenggara pada 22 Desember 2023 mendatang, salah satu tema bahasannya adalah soal ekonomi digital. Debat cawapres harus membawa Indonesia sebagai eksekutor saat ekonomi digital memasuki era 5.0, yaitu kecerdasan buatan (robot) menjadi komponen utama dalam menjalankan ekonomi global.


"Penting untuk mencatat bahwa beberapa tahun yang lalu kita menjadi penonton dalam kemajuan teknologi 4.0, sementara teman-teman luar negeri bahkan negara tetangga sudah beralih ke teknologi 5.0 yang melibatkan penggunaan robotik dan teknologi buatan. Transformasi ini tidak hanya berpengaruh pada aspek teknologi, tetapi juga berpotensi membawa dampak besar pada berbagai sektor, termasuk ekonomi, kesehatan, dan infrastruktur," kata Pengamat Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Jaenal Effendi kepada NU Online Rabu (20/12/2023).


Jaenal menilai bahwa sebenarnya sejak 2016 silam Indonesia dapat mencari untung yang lebih besar dengan memanfaatkan potensi-potensi kemajuan ekonomi digital. Maka, Jaenal menginginkan agar didebat nanti bahasan yang mencolok adalah terkait transformasi digital untuk pengembangan ekonomi digital.


"Sebenarnya sejak beberapa tahun lalu, sejak 2016 McKinsey sudah merilis juga Indonesia akan bisa memperoleh yang berlipat-lipat dan bukan sekedar lompatan-lompatan, dinamikanya akan luar biasa ketika pemerintah, capres cawapres nanti sudah mempertimbangkan tranformasi-transformasi digital untuk pemberdayaan atau pengembangan ekonomi di Indonesia, jadi sudah tidak boleh kita ketinggalan lagi ya," jelasnya.


"Hal ini menjadi peluang dan kesempatan (nantinya) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk melakukan terobosan," sambunnya.


Lebih jauh, Jaenal menginginkan agar cawapres yang akan tampil nanti dapat serius mengelola ekonomi digital sehingga diharapkan untuk tidak hanya menjadi penonton, melainkan juga investor dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM). Selain itu juga haru memikirkan mengenai pemetaan dan pengiriman anak-anak bangsa untuk melek teknologi menjadi sangat penting. 


"Identifikasi dan pemanfaatan SDM yang berada di luar negeri, khususnya yang memiliki keahlian di bidang teknologi informasi, merupakan langkah kunci untuk memajukan berbagai sektor di Indonesia. 


Ia mencontohkan situasi di mana masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri, seperti pada zaman Habibi, terdapat lebih dari 300 orang yang sama kecerdasannya, memiliki keahlian masing-masing tetapi enggan pulang karena kurangnya kesempatan dan fasilitasi pemerintah harus menjadi perhatian serius


"Calon presiden dan wakil presiden yang akan datang diharapkan dapat memberikan insentif dan fasilitas yang dibutuhkan agar mereka dapat kembali dan berkontribusi pada pengembangan teknologi, kesehatan, dan struktur ekonomi di Indonesia," terangnya.


Strategi menghasilkan pendapatan dari bisnis digital

Dalam ranah bisnis digital, Jaenal menerangkan terdapat kebutuhan untuk menerapkan strategi mengubah aktivitas atau aset daring menjadi pendapatan yang dapat diukur (monetisasi) yang mencakup tiga aspek utama, pertama menciptakan konten kreatif yang menarik untuk pengunjung media sosial (look).


"Kedua, menawarkan produk atau layanan sesuai dengan kebutuhan pasar atau pelanggan (buy), dan ketiga menyediakan sistem pembayaran elektronik. Dengan adanya monetisasi ini, pelanggan dapat dengan luas melakukan transaksi, sementara penjual memiliki kesempatan untuk inovasi produk atau sistem pembayaran, menciptakan lingkungan bisnis yang sehat. 


Oleh karena itu, penggunaan platform digital, seperti e-commerce, sebagai wadah bagi UMKM untuk memasarkan produknya menjadi suatu keharusan di era saat ini," jelasnya.