Nasional

Masih Punya Utang Puasa Ramadhan, Bolehkah Berpuasa Syawal? Ini Penjelasannya

Jum, 12 April 2024 | 14:05 WIB

Masih Punya Utang Puasa Ramadhan, Bolehkah Berpuasa Syawal? Ini Penjelasannya

Ilustrasi puasa Syawal (NU Online)

Jakarta, NU Online
Pahala bagi orang yang melaksanakan puasa sunnah Syawal setelah berpuasa Ramadhan setara dengan berpuasa setahun lamanya, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi. Hal ini yang kadang menjadi magnet tersendiri bagi Muslim untuk mengerjakan puasa sunnah Syawal.


Puasa Ramadhan hukumnya wajib. Meski begitu, ada keringanan bagi orang-orang dalam kondisi tertentu, sehingga diperbolehkan tidak berpuasa, namun harus mengqadha atau mengganti di luar bulan Ramadhan sesuai jumlah puasa yang ditinggalkan kala itu.


Dalam kasus orang yang masih punya tanggungan mengganti puasa Ramadhan itu, apakah diperbolehkan berpuasa sunnah Syawal?


Mengurai kasus ini, Wakil Sekretaris LBM PBNU Ustadz Alhafiz Kurniawan dalam artikelnya di NU Online menjelaskan, bahwa orang yang masih memiliki tanggung jawab mengqadha puasa Ramadhan, diajukan menyegerakan puasa qadha-nya. Setelahnya, baru melaksanakan puasa sunnah Syawal.


"Mereka yang memiliki utang puasa Ramadhan baiknya mengqadha utang puasanya terlebih dahulu. Setelah itu mereka baru boleh mengamalkan puasa sunah Syawal," tulisnya dalam artikel bahtsul masail dikutip NU Online, Jumat (12/4/2024).Ā 


Ustadz Alhafiz mendasarkan pendapatnya dari keterangan dalam kitab Mughnil Muhtaj karya Imam al- Khathib asy-Syirbini. Di kitab ini dijelaskan bahwa, orang yang memiliki utang puasa Ramadhan lalu menggantinya di bulan Syawal, secara lahir ia tetap mendapatkan keutamaan puasa Syawal, tapi tentu bukan pahala seperti yang dijanjikan dalam hadits Nabi karena ia masih punya tanggungan puasa Ramadhan.


"Karena itu sebagian ulama berpendapat bahwa dalam kondisi seperti itu ia dianjurkan untuk berpuasa enam hari di bulan Dzul Qaā€™dah sebagai qadha puasa Syawal," demikian keterangan dalam Mughnil Muhtaj yang dikutip Ustadz Alhafiz Kurniawan.


Dalam pandangan fiqih, orang yang masih mempunyai utang puasa Ramadhan dimakruhkan mengamalkan puasa sunnah Syawal. Namun perlu dicatat, hukum makruh ini berlaku bagi orang yang meninggalkan puasa Ramadhan karena memang ada udzur.


"Adapun mereka yang tidak berpuasa Ramadhan tanpa uzur diharamkan untuk mengamalkan puasa sunah Syawal. Mereka wajib mengqadha segera utang puasanya," jelas Ustadz Alhafiz.Ā 


Dalam hal ini, Ustadz Alhafiz mengintip dari kitab Nihayatul Muhtaj karya Syamsuddin Ar-Ramli, berikut ini:


ŁˆŁŽŁ‚ŁŽŲ¶ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ©Ł ŁƒŁŽŁ„ŁŽŲ§Ł…Ł Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŁ†Ł’ŲØŁŁŠŁ‡Ł ŁˆŁŽŁƒŁŽŲ«ŁŁŠŲ±ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŁ…Ł’ ŁŠŁŽŲµŁŁ…Ł’ Ų±ŁŽŁ…ŁŽŲ¶ŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ł„ŁŲ¹ŁŲ°Ł’Ų±Ł Ų£ŁŽŁˆŁ’ Ų³ŁŽŁŁŽŲ±Ł Ų£ŁŽŁˆŁ’ ŲµŁŲØŁ‹Ų§ Ų£ŁŽŁˆŁ’ Ų¬ŁŁ†ŁŁˆŁ†Ł Ų£ŁŽŁˆŁ’ ŁƒŁŁŁ’Ų±Ł Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŲ³ŁŽŁ†Ł‘Ł Ł„ŁŽŁ‡Ł ŲµŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų³ŁŲŖŁ‘ŁŽŲ©Ł Ł…ŁŁ†Ł’ Ų“ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŲ§Ł„Ł . Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų£ŁŽŲØŁŁˆ Ų²ŁŲ±Ł’Ų¹ŁŽŲ©ŁŽ : ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ų³ŁŽ ŁƒŁŽŲ°ŁŽŁ„ŁŁƒŁŽ : Ų£ŁŽŁŠŁ’ ŲØŁŽŁ„Ł’ ŁŠŁŲ­ŁŽŲµŁ‘ŁŁ„Ł Ų£ŁŽŲµŁ’Ł„ŁŽ Ų³ŁŁ†Ł‘ŁŽŲ©Ł Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁˆŁ’Ł…Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŁ†Ł’ Ł„ŁŽŁ…Ł’ ŁŠŁŲ­ŁŽŲµŁ‘ŁŁ„Ł’ Ų§Ł„Ų«Ł‘ŁŽŁˆŁŽŲ§ŲØŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŁˆŲ±ŁŽ Ł„ŁŲŖŁŽŲ±ŁŽŲŖŁ‘ŁŲØŁŁ‡Ł ŁŁŁŠ Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŽŲØŁŽŲ±Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ŲµŁŁŠŁŽŲ§Ł…Ł Ų±ŁŽŁ…ŁŽŲ¶ŁŽŲ§Ł†ŁŽ . ŁˆŁŽŲ„ŁŁ†Ł’ Ų£ŁŽŁŁ’Ų·ŁŽŲ±ŁŽ Ų±ŁŽŁ…ŁŽŲ¶ŁŽŲ§Ł†ŁŽ ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲÆŁ‘ŁŁŠŁ‹Ų§ Ų­ŁŽŲ±ŁŁ…ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŲµŁŽŁˆŁ’Ł…ŁŁ‡ŁŽŲ§. ŁˆŁŽŁ‚ŁŽŲ¶ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ©Ł Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł„Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ­ŁŽŲ§Ł…ŁŁ„ŁŁŠŁ‘Ł ŲŖŁŽŲØŁŽŲ¹Ł‹Ų§ Ł„ŁŲ“ŁŽŁŠŁ’Ų®ŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŲ±Ł’Ų¬ŁŽŲ§Ł†ŁŁŠŁ‘Ł ( ŁŠŁŁƒŁ’Ų±ŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŁ…ŁŽŁ†Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł Ł‚ŁŽŲ¶ŁŽŲ§Ų”Ł Ų±ŁŽŁ…ŁŽŲ¶ŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ų£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲŖŁŽŲ·ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŲ¹ŁŽ ŲØŁŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁˆŁ’Ł…Ł ŁƒŁŽŲ±ŁŽŲ§Ł‡ŁŽŲ©Ł ŲµŁŽŁˆŁ’Ł…ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ł„ŁŁ…ŁŽŁ†Ł’ Ų£ŁŽŁŁ’Ų·ŁŽŲ±ŁŽŁ‡Ł ŲØŁŲ¹ŁŲ°Ł’Ų±Ł

Artinya, ā€œMasalah di Tanbih dan banyak ulama menyebutkan bahwa orang yang tidak berpuasa Ramadhan karena udzur, perjalanan, masih anak-anak, masih kufur, tidak dianjurkan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Abu Zurā€˜ah berkata, tidak begitu juga. Ia tetap dapat pahala sunnah puasa Syawal meski tidak mendapatkan pahala yang dimaksud karena efeknya setelah Ramadhan sebagaimana tersebut di hadits. Tetapi jika ia sengaja tidak berpuasa di bulan Ramadhan tanpa udzur, maka haram baginya puasa sunnah. Masalah yang disebutkan Al-Mahamili mengikuti pandangan gurunya, Al-Jurjani. (Orang utang puasa Ramadhan makruh berpuasa sunnah, kemakruhan puasa sunnah bagi mereka yang tidak berpuasa Ramadhan karena udzur),ā€