Nasional

Pendidikan Model Pesantren Paling Cocok untuk Indonesia

Jum, 3 Mei 2024 | 10:25 WIB

Pendidikan Model Pesantren Paling Cocok untuk Indonesia

Santri-santri duduk melingkar membahasa sesuatu (Foto: Romzi/NU Online)

Jakarta, NU Online 
Dosen Universitas Bung Karno (UBK) Yana Priyatna berpendapat bahwa pendidikan model pondok pesantren adalah model pendidikan paling sesuai untuk orang Indonesia. 


“Maka sejatinya spirit pendidikan model pesantren ini mesti dimasukkan dalam sistem pendidikan nasional kita,” katanya, Kamis (2/5/2024) saat dimintai komentar tentang Hari Pendidikan Nasional.


Yana mengungkapkan tentang pendidikan model pesantren cocok untuk sistem pendidikan yang ada di Indonesia. 


“Para kiai mendidik para santri untuk hidup mandiri sejak awal. Ini merupakan modal, bekal penting para santri, siswa untuk mengembangkan diri sendiri dalam kehidupan masyarakat tanpa tergantung pada birokrasi pemerintahan,” ujarnya.


Ia mengingatkan pendidikan model pesantren juga diungkapkan Ki Hajar Dewantara yang cocok untuk Indonesia karena mengajarkan etika.


“Pendidikan (pesantren) yang tidak hanya mengasah otak, tetapi mengajarkan etika dan moral dan juga keterampilan atau skill,” tuturnya.


Yana mengutip ungkapan Ki Hajar Dewantara, "Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja tetapi harus juga mendidik si murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum. Pengetahuan yang baik dan perlu itu yang manfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama." 


Ia kemudian membandingkan dengan pendidikan model saat ini yang lebih banyak mendidik kita untuk menjadi pegawai negeri (ASN) atau melamar kerja pada instansi pemerintahan, sementara untuk lulusan pendidikan masih sangat minim untuk berwirausaha secara mandiri. 


“Setiap ada penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) banyak sekali lulusan SMA/SMK bahkan Perguruan Tinggi yang mendaftar, sementara lulusan pendidikan yang bekerja secara mandiri saya kira masih minim karena pendidikan kita masih ada bau-baunya pengaruh kolonial Belanda,” ungkapnya.