Jakarta, NU Online
Kesalahpahaman sering kali melahirkan ketegangan, bahkan permusuhan. Tidak sedikit kiai yang menjadi korban kesalahpahaman informasi. Akibatnya mereka dibenci begitu rupa hanya karena adanya salah paham karena informasi yang terputus.
Menurut Ketua PBNU, KH Marsudi Syuhud, peristiwa kesalahpahaman pernah terjadi di zaman sahabat Nabi Muhammad SAW. Bahkan yang terlibat dalam masalah itu adalah Umar bin Khatab dan Hudzaifah bin Yaman yang tidak lain adalah orang pilihan yang memiliki keimanan tinggi. Keduanya berselisih paham karena pernyataan Hudzaifah yang tidak dibarengi dengan penjelasan utuh dari perkataanya itu.
"Cerita kalam Hudzaifah atau ungkapan Hudzaifah ini diceritakan oleh sahabat Umar bin Khattab, bahwa ia pernah bertemu dengan Hudzaifah. Waktu itu Umar bertanya dengan ungkapan 'apa kabar, 'bagaimana keadaanmu sekarang'. Hudaziafah malah menjawab pernyataan yang belum bisa dipahami, yakni 'Aku sekarang mencintai fitnah dan aku sekarang membenci hal hal yang benar'," kata Kiai Marsudi kepada NU Online di Jakarta, Sabtu (15/6).
Pernyataan Hudzaifah itu, tentu akan menggegerkan umat Muslim jika tidak dibarengi dengan penjelasan yang lengkap. Karena kalimat tersebut adalah statmen potongan yang tidak diikuti dengan penjelasan utuh.
"Statmen kedua yang mencengangkan 'aku solat tanpa wudhu' dan statmen ketiga yakni 'saya mempunyai sesuatu dimuka bumi tetapi Allah tidak'," tuturnya.
Mendengar perkataan dari Hudzaifah itu, Umar bin Khatab sangat marah. Ia lantas mempertanyakan apa maksud dari kata-kata sahabatnya itu.
"Aku ingin tahu jawaban yang benar sekarang, karena pernyataan sepotong ini akan memunculkan kesalahpahaman," kata Kiai Marsudi menirukan pernyataan Umar kepada Hudzaifah dalam cerita.
Di tengah kemarahan Umar bin Khatab lalu datang Ali bin Abi Thalib. Dia bertanya kepada Umar bin Khatab mengapa terlihat marah kepada sahabat Hudzaifah. Setelah mengetahui penyebabnya adalah soal pernyataan Hudzaifah, kemudian Ali bin Abi Thalib ikut memberikan penjelasan.
"Ya Umar, kata Ali bin Abi Thalib, ketika Hudzaifah mengatakan mencintai fitnah, maksudnya adalah harta dan anak. Itu adalah sebuah fitnah, sementara Hudzaifah memiliki anak dan istri yang sangat disenangi Hudazifah. Jadi tidak mencengangkan kalau kita memahami dengan sempurna, pernyataan Hudzaifah berdasarkan dalil innama amwaluhum wa auladuhum fitnah," tutur Kiai Marsudi Syuhud.
Kemudian, lanjut KH Marsudi, soal pernyataan 'benci kepada sesuatu yang benar' maksudnya Hudzaifah membenci kematian. Sementara mati adalah sebuah kebenaran yang pasti akan terjadi.
"Sedangkan Shalat dengan tanpa wudlu, maksudnya beliau (Hudzaifah) adalah membaca shlawat kepada nabi setiap waktu. Karena hanya membaca shalawat maka tidak harus wudhu," ujar Kiai Syuhud menirukan jawaban Ali untuk Umar.
Sementara penjelasan kalimat 'Allah tidak mempunyai sesuatu di muka bumi seperti yang dimiliki oleh Hudzaifah', menurut Ali bin Abi Thalib yakni Hudzaifah mempunyai anak dan istri sedangkan Allah tidak, karena Allah tidak beranak dan tidak diperanakan.
"Mendengar penjelasan Ali itu, Umar menerima dengan lapang dada, ia mengetahui maksud pernyaataan dari sahabatnya itu. Ketiganyapun hidup rukun sebagai sahabat yang beriman kepada Allah swt," ujarnya. (Abdul Rahman Ahdori/Aryudi AR).