Batam, NU Online
Aliran Islam sesat sesat Al Qiyadah beredar di Batam, kata Ketua Majelis Ulama Indonesia Kepulauan Riau (MUI Kepri) Asyari Abbas di Batam, Jumat.
Asyari mengatakan telah mengetahui keberadaan kelompok aliran sesat itu sejak dua tahun lalu, dan telah memberikan pengarahan kepada pemimpin aliran, Andi. "Tapi nampaknya aliran itu masih ada, meski tidak terlampau besar," katanya.
<>Menurut Asyari, kelompok itu terpencar di beberapa lokasi di Batam dan tidak memiliki kantor perwakilan. "Para penganut hanya berkumpul saat pengajian. Tempat mengajinya pun pindah-pindah," tambahnya.
Ia mengatakan aliran tersebut meresahkan karena mengganti dua kalimat syahadat dan tidak mewajibkan shalat lima waktu. MUI Kepri segera berkoordinasi dengan MUI Batam untuk memanggil pemimpin aliran tersebut.
Dihubungi di tempat terpisah, Ketua MUI Batam Usman Ahmad mengatakan jika aliran sesat itu tidak menghentikan kegiatan, maka MUI melapor ke aparat kepolisian dengan tuntutan penodaan agama. "Apabila mereka masih melanjutkan aliran itu, kami akan bicara hukum," katanya.
Menurut Usman, Islam menghargai perbedaan, namun jika ada penyesatan, maka harus diatasi atau diamputasi. Ia mengatakan ciri-ciri penganut Al Qiyadah memiliki dua sampai empat nama. “Mengajinya sembunyi-sembunyi, juga pakai pengawal. Kalau menyampaikan kebenaran, kenapa hasrus sembunyi," tambah Usman.
Birokrasi
Ia mengkhawatirkan aliran tersebut merambah birokrasi di Batam karena berdasarkan penyidikan terdapat nama pengusaha yang menjadi pengikut Al Qiyadah.
Menurut Usman, saat ini MUI Batam melakukan pendekatan kepada walikota agar bisa terus berceramah di lingkungan birokrasi supaya aliran sesat tidak beredar di lingkungan birokrasi.
"Kalau sudah masuk lingkup birokrasi, maka sulit memberantasnya, karena mereka mempergunakan jabatan untuk mencari pengikut," katanya. (ant/git)