Kencong, NU Online
Kamis (14/11), di penghujung tahun 1433 H, Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kencong menggelar Halaqah Kiai muda yang ditempatkan di aula kantor PC GP Ansor Kencong Jawa Timur.<>
Kegiatan yang diikuti para alumni pesantren yang baru menyelesaikan studinya di beberapa pesantren dan jajaran pengurus Ansor tersebut mengambil tema “Belajar dari Negeri Islam”.
Seperti diketahui, beberapa tahun terakhir ini di beberapa kawasan di kabupaten Jember muncul beberapa aliran yang terindikasi sebagai aliran sesat dan juga beberapa faham transnasional khususnya Wahabi salafi dan Syi’ah, dan beberapa di antaranya nyaris menimbulkan bentrok antar pendukung.
Dari beberapa kejadian tersebut, sampai saat ini, walaupun beberapa kali MUI kabupaten Jember mengeluarkan fatwa dan rekomendasi, namun dibawah ternyata tidak banyak berimbas. Dari persoalan inilah akhirnya Ansor Kencong berupaya melakukan ikhtiyar mencari solusi pemikiran yang nantinya akan disumbangkan kepada pemerintah kabupaten untuk ditindaklanjuti.
“Pengalaman beberapa Negara yang terlibat konflik antar kelompok dan kabilah setidaknya bisa dijadikan acuan untuk mencari solusi, sekaligus sebagai bahan renungan, kalau mereka bisa mengapa kita tidak bias,” kata H Singgih Arifiyanto, Alumni PP Al Khozini Sidoarjo, ketua panitia Halaqah.
Halaqah dengan menghadirkan empat orang narasumber, yaitu Farhan Kurniawan Alhaj, alumni universitas Al Azar Mesir, Achmad Zubairuzzaman, Alumni Universitas Tarim Hadramaut Yaman dan Abul Ma’aly alumni Universitas Kartoum Sudan, serta KH Khoir zad Maddah, Rois Syuriah PCNU Kencong, itu diadakan selama sehari penuh
Narasumber menyoroti munculnya beberapa aliran sesat dikarenakan masyarakat Indonesia, khususnya para guru ngaji pemahaman tentang pengetahuan bahasa Arab yang lemah, sehingga dalam menafsirkan ayat-ayat al Qur’an sering menyimpang dari pemahaman yang sebenarnya.
Sementara itu, penguatan institusi agama sangat juga lemah dan sering dalam beberapa persoalan masing-masing menggunakan pemahamannya sendiri-sendiri dan kelompoknya. Di Mesir, kekuatan Syeh Al Azar dalam mengeluarkan fatwa sangat mengikat, dan itu yang tidak bisa diterapkan di Indonesia.
Dalam pandangan para narasumber, dari beberapa persoalan yang terjadi di beberapa Negara, persoalan wahabi salafi dan syi’ah merupakan persoalan yang sering menimbulkan ketegangan di tengah-tengah masyarakat.
Seperti di Yaman, walaupun namanya bukan wahabi salafi, tetapi kelompok ini walaupun tidak banyak juga sudah mulai melakukan beberapa upaya mempengaruhi keberagamaan masyarakat dengan mengeluarkan beberapa dalil bid’ahnya.
Sebagai pembanding KH Khoir zad Maddah banyak mengupas persoalan yang berkaitan dengan jargon “melestarikan hal lama yang baik” harus terus dikembangkan, sehingga ketika muncul persoalan baru, apalagi kalau persoalan tersebut bertentangan dengan aqidah kita, maka kita tidak mudah goyah dalam menghadapinya.
Kegiatan yang dirangkai dengan peringatan tahun baru hijriyah tersebut juga dihadiri ketua dewan penasihat PC GP Ansor Kencong KH Maulana Syuhada’ dan bekerja sama denga Bakesbangpol kabupaten Jember dan dihadiri seratus kiai muda, yang terdiri dari alumni, Lirboyo, Sidogiri, assunniyyah Kencong, Sarang, Kajen Sukorejo dan beberapa pesantren di sekitar Jember.
“Kegiatan ini kalau pemerintah yang mengadakan akan menghabiskan biaya milyaran rupiah, karena harus melakukan kunjungan kerja ke beberapa Negara di Timur Tengah untuk study banding, tapi kalau Ansor yang mengadakan, cukup dengan makan jagung rebus dan beberapa makanan tradisional lainnya, hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh DPR,” kata Abd. Rohim, ketua PC GP Ansor Kencong dalam sambutan pembukaan acara.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Ansor Kencong