Padangpariaman, NU Online
Beragam cara yang dilakukan masyarakat dalam persiapan menyambut Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 1 Syawal Hijriyah. Misalnya berbagai hal yang baru, baju baru, sepatu baru, atau perabot rumah baru. Berbeda dengan Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat menjelang Idul Fitri, menggelar kegiatan Talaok Kabau Gadang, menghadirkan ratusan ekor ternak kerbau untuk persiapan lebaran.
Setidaknya ada 200-an ekor kerbau memadati Talaok Kabau Gadang, Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman Propinsi Sumatera Barat, Kamis (15/6/2017). Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Padang Pariaman Zeki Aliwardana mendukung kegiatan talaok kabau gadang yang merupakan kearifan lokal yang ada di Nagari Sintuak Kabupaten Padang Pariaman, Propinsi Sumatera Barat.
“Kita aktif dalam pelaksanaan talaok kabau gadang yang merupakan tradisi yang sudah lama ada di Sintuak. Sebagai tradisi kearifan lokal, maka perlu dilestarikan. Dengan banyaknya kerbau yang datang, juga diselenggarakan perlombaan kerbau yang paling besar dengan kriteria tersendiri. Tim Juri yang sudah berpengalaman menilai mana kerbau yang layak diberikan juara I, II dan III. Masing-masing pemenang diberikan tropi dan sejumlah uang,” kata Zeki yang juga Kaur Kantor Walinagari Sintuak ini.
Menurut Walinagari Sintuak Anasril Nazar, Talaok Kabau Gadang merupakan tempat berkumpulnya pedagang ternak kerbau yang berasal dari berbagai daerah. Para pedagang memamerkan ternak kerbaunya kepada masyarakat dan calon pembeli kerbau.
“Calon pembelinya bukan dari kalangan individu, tetapi utusan masing-masing pengurus masjid, surau korong atau surau kaum yang ada di berbagai nagari di Kabupaten Padang Pariaman dan di luar Padang Pariaman. Di lokasi ini terjadi transaksi jual beli antara pedagang dengan utusan masjid dan surau tersebut,” kata Anasril Nazar.
Menurut Anasril Nazar, budaya dan tradisi yang ada di Nagari Sintuak, setiap jamaah masjid, surau Korong dan surau kaum, membeli daging kerbau bersama-sama yang difasilitasi pengurus dengan kesepakatan seluruh unsure yang ada di tempat masing-masing. Yaitu alim ulama, niniak mamak, cadiak pandai, bundo kanduang dan pemuda.
“Pengurus masjid dan surau bermusyawarah pada patang limo baleh (15 Ramadhan), untuk menentukan jumlah onggokkan (tumpukan) daging kerbau dan menentukan harga satu onggoknya. Musyawarah dihadiri pemuka masyarakat, baik kaum adat, kaum agama dan seluruh jamaah pembeli onggok daging,” kata Anasril Nazar.
Seorang pedagang ternak Zulkifli (46), menyebutkan, pasar ternak Sintuak ini mulai dirintis sejak 2013 lalu. Ada 44 pedagang ternak yang setuju diadakan pasar ternak di Sintuak. Kami pun melapor kepada walikorong, walinagari dan camat setempat. "Alhamdulillah, hingga kini masih bisa jalan. Walaupun masih belum memiliki fasilitas pendukung layaknya pasar ternak," kata Zulkifli yang sudah menekuni profesi pedagang ternak selama 31 tahun atau sejak berusia 15 tahun.
Setiap transaksi jual beli ternak, yang membutuhkan surat jual beli dikenai biaya Rp 10.000 per transaksi. Sedangkan biaya tambangan ternak dikenai sebesar Rp 15.000 per ekor.
Dari pengamatan NU Online di lokasi talaok kabau gadang, selain dipadati ternak kerbau, juga ratusan kendaraan roda dua parkir di sekitar pasar ternak ini. Tentu saja truk pembawa kerbau juga turut meramaikan parkir. Ramainya pengunjung di pasar ternak ini juga dimanfaatkan para pedagang. Seperti pedagang obat ramuan tradisional, perkakas senjata tajam seperti parang, pisau, sabik, belati dengan berbagai ukuran. (Armaidi Tanjung/Abdullah Alawi)