Tasikmalya, NU Online
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ash-Shofa Tasikmalaya menggelar acara Bedah Buku "Saya Bangga Menjadi Orang NU" karya Wari Bin Sayidi Abdullah.<>
Bedah buku ini menjadi bagian dari masa orientasi (Ta'aruf) Mahasiswa Baru itu diikuti ratusan Mahasiswa dan civitas akademika STAI Ash-Shofa Tasikmalaya yang merupakan bagian dari Pondok Pesantren Miftahul Huda Tasikmalaya.
Penyampaian materi tentang muatan atau isi dari buku Saya Bangga Menjadi Orang NU langsung disampaikan oleh penulisnya, Wari Bin Sayidi Abdullah.
Menurut Wari, buku yang ditulisnya merupakan salah satu referensi Idiologisasi Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) sebagai konstruktif harokah Aswajalogi. Menurutnya, proses sampainya Islam ke Indonesia sampai proses pendirian NU oleh Hadrotusyaikh KH Hasyim As'ari harus bisa diketahui dengan baik oleh mahasiswa.
Ada beberapa alasan menyusun buku itu, katanya. Pertama, sebagai ungkapan kegembiraan atas keyakinan Saya ber-Islam secara NU karena nyatanya NU mempunyai genuine, otentik, original. dan takterbantahkan sehingga NU harus didefinisikan sebagai perwujudan Islam itu sendiri bukan hanya sebagai sekte.
Kedua judul tersebut dimaksudkan sebagai tanbihat (pengingat) untuk para orang NU yang lupa atau khilaf, akan kode etik NU ketika tampil di depan publik.
"Ketiga buku ini dimaksud untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah anda orang NU ? apakah anda merasa bangga menjadi orang N ?" ujar Wari.
Menurutnya, hal yang paling krusial untuk bisa memahami atas bagaimana kebanggaan yang tertanam dalam NU adalah dengan bisa menentukan kriteria Allah yang layak disembah tentu dengan melalui proses panjang.
"Keyakinan yang diwujudnyatakan dalam batasan minimum sifat Allah menjadi bukti bahwa hanya Allahnya orang NU yang benar-benar Allah dengan sifat Wujud kidam baqo dan seterusnya, dan di luar NU adalah Allahnya diciptakan karena tidak bisa lulus dari batasan itu," ujarnya.
Ketua STAI Ash - Shofa Tasikmalaya Musthofa menyampaikan, idiologisasi atas pemahaman NU yang sejatinya adalah Islam Universal harus dijaga, dikawal, dan dikembangkan, terutama pada para alumni Pondok Pesantren Miftahul Huda, yang harus siap terjun di masyarakat.
"Mahasiswa dan para alumni perlu bekal yang cukup untuk terjun di masyarakat atas faham-faham lain yang terkadang punya logika namun tidak mengakar karena tidak faham tentang bagaimana proses perkmbngan aswaja sampai kepada NU dan ujungnya pada pengkafiran seseorang," ujarnya.
Salah seorang peserta bedah buku, Syarifuddin menyampaikan kepuasannya atas khazanah yang disampaikan oleh pemateri dan dituangkan dalam bentuk buku Saya Bangga Menjadi orang NU.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributoir: Zaenal Mutaqin