Daerah

Begini Seharusnya Mengelola Perpustakaan di Era Digital

Rabu, 1 Mei 2019 | 06:00 WIB

Begini Seharusnya Mengelola Perpustakaan di Era Digital

Gedung perpustakaan di IAIN Pontianak, Kalbar.

Pontianak, NU Online
Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan Kota Pontianak menggelar seminar nasional perpustakaan dengan tema Tantangan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Tengah Generasi Digital dan Milenial. Seminar ini berlangsung di aula Syekh Abdurrani Mahmud IAIN Pontianak, Selasa (30/4).

Seminar merupakan rangkaian dari acara Festival Literasi yang bekerja sama dengan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak. Festival ini berlangsung dari 29 April sampai 1 Mei 2019. Selama kegiatan terdapat pameran dan bazar buku, pameran arsip, seminar nasional dan  selanjutnya workshop pembukaan prodi baru di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah.

Hadir pada seminar ini seluruh pemustaka di Kota Pontianak termasuk dari sekolah dan umum, termasuk mahasiswa dan siswa-siswi SMA. Hadir sebagai pemateri Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Labibah Zain, Kepala Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Wiji Suwarno. Sedangkan pemateri ketiga yaitu Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga Firdaus Ahmad.

Menurut Kepala Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, ketika mendengar kata perpustakaan yang harus diubah adalah paradigmanya. Perpustakaan dengan paradigma lama memandang bahwa hanyalah kumpulan buku di suatu tempat.  

“Paradigma itu harus diubah, bahwa perpustakaan adalah sumber pengetahuan,” katanya. 

Dirinya menjelaskan suatu perpustakaan dikatakan sukses jika mampu mengubah pengunjungnya dari yang awalnya tidak mengetahui jadi mengetahui. “Dan tingkat kesuksesan perpustakaan dinilai dari banyak sedikitnya karya tulis ilmiah,” jelasnya.

Sebab kalau hanya jejeran buku, bukan perpustakaan namanya. “Apabila perpustakaan mampu memproduksi karya tulis, maka bisa dikatakan sukses,” urainya. Kalau dari segi  perpustakaan umum, apabila dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, nah perpustakaan umum itu bisa dikatakan sukses, lanjutnya.

Sedangkan Kepala Perpustakaan IAIN Salatiga Wiji Suwarno menjelaskan bahwa perpustakaan milenial adalah yang mampu mandiri dalam mengembangkan kreativitas serta mempu memanfaatkan teknologi di era digital.

“Ya kalau di IAIN Salatiga itu mahasiswa bisa menikmati ratusan e-book dengan hanya menyumbang satu e-book. Ya, kita memanfaatkan teknologi yang ada,” ungkapnya.

Lain halnya Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga Firdaus Ahmad mengatakan bahwa perpustakaan adalah jantung perguruan tinggi. “Ketika orang masuk, maka akan tergerak untuk mencari berbagai macam informasi,” ungkapnya.

Para pemustaka harus paham bahwa pengunjung perpustakaan harusnya berfokus pada simbol aktivitas yaitu membaca, menulis dan memaknai. “Dan perpustakaan jika tidak dikelola dengan baik hanya akan menciptakan anti sosial,” tandasnya. (Siti Maulida/Ibnu Nawawi)







Terkait