Daerah

Dede Kurniawan, Ketua Cabang PMII Brebes

Ahad, 27 Desember 2009 | 09:22 WIB

Brebes, NU Online
Dede Kurniawan dinobatkan sebagai Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Brebes untuk periode 2009-2010 menggantikan Afifudin El Jufri. Dia memperoleh suara 20 sehingga mengungguli rivalnya Sholikhin AP dengan 11 suara dan Ahmad Jauhari Amin 1 suara dalam Konferensi Cabang (Konfercab) III PMII Kabupaten Brebes Sabtu Malam (26/12).

Ketua Terpilih, dalam programnya antara lain ingin meningkatkan intelektual kader PMII. Antara lain melalui penyelenggaraan diskusi dan debat publik. “Untuk tampil ke muka, kader PMII harus memiliki intelektual yang tinggi selain kadar keimanan dan ketakwaan yang membaja,” jelasnya.<>

Konfercab yang berlangsung di gedung Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jalan Raya Klampok Brebes itu dibuka Bupati Brebes Indra Kusuma S Sos yang diwakili Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Drs. Rais Khana. Dalam kata sambutannya, Bupati berharap, organisasi mahasiswa ini bisa menjadi spirit pembangunan di Kabupaten Brebes. “Tanpa kawalan mahasiswa, pembangunan tidak bisa berjalan dinamis,” ungkapnya.

Untuk itu, dia berharap kepekaan PMII untuk bersama-sama membangkitkan pembangunan daerah. “Saatnya PMII turut serta membangun masyarakat,” ujarnya.

Dalam Konfercab, juga diisi dengan bedah buku. Buku yang dibedah karya Addien Jauharudin dengan judul Menggerakan Nahdlatut Tujjar. Sang Penulis hadir dalam kesempatan tersebut dengan pembanding Budayan Atmo Tan Sidik serta di Moderatori Redaktur Radar Tegal Muamar Riza Pahlevi.

Menurut Addien, Nahdlatut Tujjar atau kebangkitan para saudagar era kini sedang diperbincakan banyak orang. Terkait dengan besarnya potensi NU dan adanya keterputusan Indonesia sebagai bangsa saudagar. Maka membincangkan model ekonomi yang harus di bangun oleh NU, pada dasarnya sama dengan membincangkan bagaimana model ekonomi Indonesia yang harus dibangun.

Semua model ekonomi yang dibangun oleh pemerintahan Indonesia baik melalui Repelita maupun Musrenbang belum mampu menjawab kebutuhan dasar ekonomi rakyat. Nahdlatut Tujjar hanyalah formula awal dalam membangun kesadaran ekonomi NU. “Artinya, bagaimana seharusnya NU berperan dalam pemberdayaan ekonomi,” ujarnya.

Sebenarnya, lanjut Addien, sembilan puluh tahun yang lalu Nahdlatut Tujjar telah merintis jalan pembangunan ekonomi masyarakat nahdliyin. “Dengan kehadiran Nahdlatut Tujjar, diharapkan mampu menjadi simbol kebangkitan ekonomi masyarakat Nahdliyin,” tandasnya. (was)


Terkait