Daerah

Dinilai Ancam Madin, 32 Ribu Warga Tegal Tolak FDS

Senin, 28 Agustus 2017 | 14:09 WIB

Tegal, NU Online
Sekitar 32000 warga Tegal melakukan aksi menolak Aksi tolak full day school (FDS). Merek adalah pengurus dan anggota banom dan lembaga NU seperti Muslimat, Fatayat, GP Ansor, PMII, IPNU, IPPNU, LP Ma'arif, RMI, FKDT Kabupaten Tegal.

Pada aksi tersebut, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tegal, H Akhmad Wasy'ari mengungkapkan, Madrasah Diniyah (Madin) adalah kawah candradimuka dalam pembentukan karakter bangsa. 

"Jika ruang gerak madrasah dipersempit karena pemberlakukan lima hari sekolah (FDS), maka negara tidak berpihak kepada pembentukan karakter bangsa," tegas H Wasyari saat menyampaikan pernyataan sikapnya pada Aksi Tolak Full Day School di depan Taman Rakyat Slawi, Jum'at (25/8)

Ia juga mendesak agar pemerintah pusat segera membatalkan kebijakan tersebut. Dia mengungkapkan, warga Kabupaten Tegal juga merupakan bagian dari bangsa Indonesia. Untuk itu, dia meminta agar Mendikbud mendengarkan aspirasinya dan ditindaklanjuti. 

Di sela aksi, H Wasyari yang juga menjabat Sekretaris Dinas Dikbud itu menyampaikan surat pernyataan sikap PCNU Kabupaten Tegal kepada Bupati Enthus Susmono dalam bentuk besar dan eksklusif yang isinya menolak kebijakan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang pemberlakuan lima hari sekolah.

Senada Rais Syuriah PCNU Kabupaten Tegal KH Chambali Utsman juga meminta agar FDS segera dibatalkan. Sebab, kebijakan tersebut dapat mengancam eksistensi di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) yang dilaksanakan setiap sore.

Padahal, menurut KH Chambali, madrasah Diniyah merupakan pendidikan dasar agama yang penting untuk membekali generasi muda dengan Akhlakul Karimah.

"Tanpa lestari dan eksisnya madrasah, maka fondasi generasi muda tidak bisa terlaksana. Mari pertahankan MDA. Permendikbud (Nomor 23 Tahun 2017) harus dihapus," tegasnya. (Hasan/Abdullah Alawi)


Terkait