Daerah

Gus Ali Bicara Soal Kompetensi Dai dan Daiyah di Televisi

Selasa, 5 Desember 2017 | 19:02 WIB

Surabaya, NU Online
Banyak yang terperangah dengan tampilnya sejumlah penceramah di televisi namun yang bersangkutan tidak menguasai agama dengan benar. Yang terbaru, seorang ustadzah melakukan kesalahan dalam menulis Surat Al-Ankabut ayat 45 dan Surat Al-Ahzab ayat 21.

Terjadinya peristiwa ini tentunya diawali dengan sebab. "Mengapa mereka yang tidak kompeten ternyata mendapatkan tempat di media, termasuk di media sosial? Karena mereka lebih progresif dan bergerak maju," kata KH Agus Ali Masyhuri, Selasa (5/12) petang.

Gus Ali ditemui media ini usai mengikuti rapat harian PWNU Jatim di lantai dua Jalan Masjid Al-Akbar Timur 9 Surabaya.

"Maaf, kita harus jujur dengan sumber daya manusia sendiri. Banyak kader kita yang memiliki potensi, tetapi tidak didukung dengan kemampuan lain," kata Pengasuh Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo tersebut.

Apa faktornya sehingga banyak tenaga potensial yang dimiliki kalangan pesantren dan NU ternyata tidak muncul di ranah publik? "Mungkin karena tidak ada yang bisa menyalurkan, atau memang tidak memiliki keinginan untuk maju," urainya.

Wakil Rais PWNU Jatim ini juga menduga karena sang kiai atau ustadz telah merasa puas dengan yang dicapai saat ini. Mereka merasa puas di kampungnya, dengan keadaannya saat ini. "Padahal mereka keliru dalam menerjemahkan qanaah," katanya.

Sebagai solusi, Gus Ali mengajak kalangan pesantren dan warga NU untuk berdakwah di media, termasuk di dalamnya media sosial. "Padahal barangsiapa yang menguasai media, maka memiliki separuh kemenangan dalam pembentukan opini publik. Jadi opini di masyarakat itu bisa dibentuk," terangnya.

Berlimpahnya sumber daya manusia khususnya yang memiliki komptenesi dalam menyeru agama di kalangan nahdliyin hendaknya dapat dioptimalkan. "Bahwa SDM yang kita miliki sebenarnya cukup dan memadai untuk melakukan hal yang lebih baik dari mereka," ujarnya.

Ia mengajak semua pihak berbenah diri dan melakukan konsolidasi secara terukur dan terarah. Jangan sampai para kader pendakwah gagap teknologi atau gaptek, tidak mengerti aplikasi, juga media sosial, "Karenanya, hendaklah ada di antara kita yang berdakwah di sejumlah media," pungkasnya. (Ibnu Nawawi/Alhafiz K)


Terkait