Daerah

IAIN Tulungagung Buka Kelas Internasional

Senin, 23 Juni 2014 | 12:00 WIB

Tulungagung, NU Online
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, Jawa Timur mulai mengembangkan kelas internasional untuk sejumlah program studi di lembaga tersebut, terutama untuk calon mahasiswa S-1 dari beberapa negara ASEAN yang berlatar belakang Muslim.
<>
Rektor IAIN Tulungagung Maftuhin, Sabtu mengatakan, saat ini komunikasi dengan beberapa lembaga di sejumlah negara ASEAN aktif mereka lakukan guna memperkenalkan program studi keislaman di kampus mereka.

"Rintisannya telah kami mulai dengan menjalin kerja sama dengan Organisasi Agama Islam Pattani di Thailand Selatan," terangnya.

Saat ini, jumlah mahasiswa Thailand yang menimba ilmu di IAIN Tulungagung tercatat berjumlah 75 orang.

Gelombang pertama masuk 20 mahasiswa pada tahun ajaran 2013/2014 dan tahun ini (2014/2015) IAIN kembali menerima mahasiswa baru dari Negeri Gajah Putih sebanyak 55 orang.

Mereka kini tersebar di sejumlah program studi untuk masa pendidikan normal delapan semester atau empat tahun.

Beberapa program studi yang ditawarkan untuk mahasiswa asing antara lain adalah jurusan hukum ekonomi syariah, pendidikan agama Islam, pendidikan Bahasa Arab, ushuludin, hingga ekonomi dan bisnis Islam.

Tidak hanya membuka kesempatan belajar bagi mahasiswa Muslim dari Thailand Selatan, bentuk kerja sama di bidang pendidikan dengan Organisasi Agama Islam Pattani juga mereka wujudkan dengan mengirim mahasiwa S-1 semester akhir untuk melakukan kegiatan PPL/KKN (program pendidikan lapangan/kuliah kerja nyata) di sejumlah daerah dan kota di Thailand Selatan.

"Mei kemarin kami telah mengirim 20 mahasiswa senior untuk mengikuti program PPL/KKN di sana hingga empat bulan ke depan. Setelah selesai, nanti akan kami kirim lagi gelombang berikutnya dan begitu seterusnya untuk memberi pengajaran di madrasah-madrasah di sana maupun pelajaran Bahasa Indonesia," terangnya.

Maftuhin mengisyaratkan, pihaknya berencana menawarkan program perkuliahan IAIN Tulungagung ke sejumlah negara ASEAN lain, seperti Myanmar, Filipina, Laos, Kamboja serta Malaysia.

"Ke depan kami ingin IAIN Tulungagung tidak hanya menjadi perguruan tinggi nasional, tetapi setidaknya kaliber ASEAN," ujarnya, berharap.

Kerja sama pendidikan sebenarnya juga telah mereka rintis dengan sejumlah lembaga perguruan tinggi di Negeri Jiran, Malaysia.

Namun, bentuk kerja sama sejauh ini baru sebatas semacam kegiatan riset terbatas serta seminar-seminar, belum pada tahap kerja sama perkuliahan reguler.

"Beberapa negara ASEAN seperti di Thailand Selatan sempat ada permintaan agar IAIN Tulungagung membuka kelas internasional di sana, namun belum bisa dipenuhi karena selain perlu komunikasi antarpemerintahan, kami juga harus memenuhi persyaratan perkuliahan berakreditasi internasional, sehingga kompetitif dibanding kampus-kampus di negara lain," jelasnya.

Anggaran Pengembangan

Sebagai konsekuensi perubahan status kampus tersebut dari (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) STAIN menjadi IAIN, pihak kampus mengajukan anggaran operasional dan pengembangan fasilitas perkuliahan sebesar Rp150 miliar ke pemerintah. 

"Anggaran sebesar itu terutama kami butuhkan untuk penambahan ruang kelas, sehingga daya tampung IAIN Tulungagung meningkat dibanding saat masih berstatus STAIN," terang rektor IAIN Tulungagung, Maftuhin, Ahad.

Ia tidak merinci rencana alokasi anggaran yang melonjak hampir 200 persen lebih dibanding saat masih berstatus STAIN tersebut.

Kepada Antara, ia hanya mengisyaratkan ambisi lembaga pendidikan tinggi yang dipimpinnya untuk menambah infrastruktur fasilitas perkuliahan serta pengembangan lahan kampus.

Selama kurun tahun anggaran 2015, misalnya, Maftuhin mengatakan IAIN berencana membangun gedung perkuliahan untuk 40 kelas baru. 

Kata dia, pembangunan fisik sedianya akan terus mereka lakukan bertahap, demi menyesuaikan penambahan jumlah mahasiswa setiap tahunnya maupun pengembangan lima program studi (prodi) baru untuk jenjang S-1 maupun program pascasarjana (S-2).

"Sebagian anggaran juga akan kami alokasikan untuk penambahan lahan, hingga tercapai syarat minimal menjadi UIN (Universitas Islam Negeri), yaitu 25 hektare. Sekarang lahan IAIN Tulungagung baru 12 hektare dan kami berharap dalam 10 tahun ke depan (target ini) bisa tercapai," ujarnya meyakinkan.

Saat ini, kendati telah berubah status dari STAIN menjadi IAIN terhitung sejak diresmikan pada 28 Desember 2013, IAIN Tulungagung sampai saat ini belum bisa segera menambah fasilitas perkuliahan baru.

Hal itu bisa terjadi lantaran anggaran yang digelontor pemerintah pusat melalui Kementrian Agama RI masih menggunakan asumsi STAIN. 

"Karena perubahan status terjadi di akhir tahun maka alokasi anggaran belum bisa dimasukkan dalam perencanaan APBN 2014, sebab penyusunan anggaran kan selalu sejak setahun sebelumnya sehingga anggaran kami masih menggunakan asumsi STAIN, sekitar Rp50 miliar," terangnya.

Karenanya, melalui penambahan alokasi anggaran sebesar Rp150-an miliar yang dikucurkan pemerintah pada 2015, IAIN Tulungagung berharap lembaga perguruan tinggi Islam negeri tersebut bisa menampung hingga 10 ribu mahasiswa.

Lanjut Maftuhin, kuota kebutuhan anggaran IAIN yang saat ini memiliki 14 prodi untuk jenjang S-1 dan enam prodi untuk jenjang S-2 tersebut diproyeksikan terus meningkat sekitar 20 persen setiap tahunnya, menyesuaikan dengan peningkatan jumlah penerimaan mahasiswa baru, penambahan tenaga dosen, pengembangan fasilitas kampus, maupun kebutuhan operasional lainnya. (antara/mukafi niam)


Terkait