Daerah

Ini Cerita Pembentukan Paguyuban Pencak Silat NU Pagar Nusa

Senin, 6 Februari 2017 | 03:04 WIB

Pamekasan, NU Online
Ketua PCNU Pamekasan KH Taufiq Hasyim mengapresiasi pesatnya perkembangan Pencak Silat Pagar Nusa NU Pamekasan. Apresiasi ini disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Miftahul Ulum Sumber Anom ini saat memberi sambutan dalam harlah Pencak Silat Pagar Nusa NU Pamekasan yang ke-31 di Pendopo Budaya Pemkab Pamekasan, Sabtu (4/2).

Kiai Taufiq mengetengahkan cerita pertemuan suatu waktu KH Mustofa Bisri Rembang dan KH Suharbillah Surabaya tentang semakin surutnya dunia persilatan di halaman pesantren. Hal itu ditandai dengan hilangnya peran pesantren sebagai Padepokan Pencak Silat.

"Sejak zaman Aalisongo kiai-kiai pesantren adalah juga pendekar yang mengajarkan ilmu pencak silat di pesantrennya masing-masing. Namun seiring waktu, kenyataan tersebut mulai hilang. Terutama disebabkan semakin padatnya jadwal pendidikan pesantren karena orientasi penerapan standar pendidikan modern," paparnya.

Padahal, ujar Kiai Taufiq, di luar pesantren aneka ragam perguruan silat tumbuh semakin menjamur. Mereka menggunakan pencak silat sebagai misi pengembangan agama dan kepercayaannya masing-masing.

"Dan perguruan-perguruan silat yang sebenarnya bersifat lokal tersebut, di antara mereka saling merasa paling kuat. Sehingga tak jarang terjadi bentrokan di antara mereka. Dan yang merasa kalah kuat akhirnya berguguran dan kemudian hilang dari peredaran," paparnya.

Karena kenyataan itu KH Mustofa Bisri kemudian menyarankan KH Suharbillah untuk menemui KH Abdullah Maksum Jauhari di Lirboyo Kediri untuk menggagas persoalan ini. Kegelisahan serupa juga dirasakan oleh KH Syansuri Badawi Tebuireng.

"Beliau menyayangkan maraknya tawuran antarpengikut perguruan silat yang meresahkan masyarakat, terutama di kawasan kabupaten Jombang dan sekitarnya. Kemudian Kiai Sansuri berinisiatif menemui PWNU Jawa Timur yang pada waktu itu diketuai oleh KH Hasyim Latif untuk menyampaikan masalah di masyarakat tersebut," paparnya.

Selanjutnya, KH Hasyim Latif mengutus sekretaris PWNU Jawa Timur KH Ghofar Rahman, Ketua LP Ma'arif  KH Ahmad Buchori Susanto dan  KH Suharbillah untuk menemui KH Abdullah Maksum Jauhari atau yang biasa dipanggil Gus Maksum di pesantren Lirboyo Kediri.

"Dalam pertemuan di Lirboyo ini disepakati bahwa akan dibentuk sebuah wadah pencak silat yang menaungi seluruh aliran pencak silat di lingkungan Nahdlatul Ulama. Dan Gus Maksum yang sudah terkenal sebagai ahlinya pencak silat diminta untuk menjadi ketua umumnya nanti jika sudah terbentuk wadah tersebut," ujar Kiai Taufiq.

Pertemuan berikutnya untuk menggodok konsep wadah pencak silat NU itu berlangsung di Pesantren Tebuireng pada 12 Muharram 1406 atau bertepatan dengan 27 September 1985. Pertemuan ini dihadiri beberapa pendekar antara lain KH. Abdullah Maksum Jauhari Lirboyo, KH Abdurahman Ustman Jombang, KH Muhajir Kediri, H Athoillah Surabaya, Lamro Azhari Ponorogo, Timbul Jaya Lumajang, KH Ahmad Buchori Susanto, dan  KH Suharbillah.

"Pada 3 Januari 1986, lahirlah Pencak Silat Pagar Nusa NU. Nama tersebut diciptakan oleh KH. Mujib Ridlwan dari Surabaya. Beliau putra pencipta lambang NU KH Ridlwan Abdullah," tukasnya. (Hairul Anam/Alhafiz K)


Terkait