Sebagai ungkapan refleksi Hari Kartini, IPNU-IPPNU mengadakan agenda diskusi bersama, Senin (21/4) kemarin. Agenda yang dilakukan di sanggar Ar-Raudlah, Kajen, Pati ini, bertujuan untuk mengukuhkan gerakan emansipasi yang telah dicanangkan Kartini.
Ketua PC IPPNU Pati, Naily Nur Rachma mengungkapkan, agenda diskusi ini bukan bertujuan memunculkan ritual rutin yang latah. Namun, refleksi sederhana mengenang perjuangan Kartini sebagai oase pemikiran dan kebudayaan. ”Kami memang tak menginginkan agenda sebagai ritus yang kering dan hanya ikut-ikutan,” ungkap Naily.<>
Menurut alumni UIN Jakarta ini, IPNU-IPPNU menghadirkan perjuangan Kartini sebagai spirit gerakan masa kini. ”Menurut saya, Kartini sekarang hanya dirayakan secara formal yang kehilangan substansi,” tegas Naily.
Selain itu, imbuh Kartini, perjuangan kartini sekarang seakan dirayakan sebagai mode. ”Banyak pihak yang justru salah-kaprah menafsirkan Kartini. Sekarang, ketika Hari Kartini hadir, yang ada hanyalah pentas kebaya dan mode perempuan. Padahal banyak sisi lain dari Kartini yang perlu dilakukan, misalkan perjuangan literasi,” pinta Naily.
Sedangkan, Abdul Hamid, Sekretaris PC IPNU Pati, menegaskan bahwa spirit perjuangan Kartini perlu direvitalisasi dengan nada perjuangan yang lebih pas.
”Refleksi yang kami selenggarakan, ingin menyadarkan generasi muda tentang beratnya perjuangan Kartini. Bagaimana mau melahirkan Kartini masa kini, kalau tak banyak tau sejarah perjuangan pahlawan dan polemik di sekitarnya,” ungkap Hamid.
Hamid juga menginginkan bahwa, wawasan sejarah bagi generasi muda harus ditingkatkan lagi. ”Kalau tak bisa memetik esensi narasi sejarah, bangsa ini akan terus saka menjadi bangsa bebal,” tegas Hamid. (ziz)