Blitar-NU Online
Kaderisasi di lingkungan Jamiyah Nahdlatul Ulama harus terus dilakukan. Sebab tanpa kaderisasi yang berkesinambungan, akan terjadi krisis pejuang Aswaja (Ahlussunnah wal Jamaah) di masa-masa mendatang. Demikian disampaikan Musytasar PCNU Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Gus Nasyir saat memberikan tausiyah dalam acara rutinan PAC GP Ansor dan Fatayat NU se-Kecamatan Udanawu di kantor Ansor setempat, Ahad (14/10).
Menurutnya, NU dan badan otonomnya jangan sampai lalai untuk melakukan kaderisasi. Sebab, kaderisasi merupakan ruh dari sebuah organisasi.
“Harus dilakukan kaderisasi sejak dini," ujarnya.
Pengasuh Pesantren Al Qur' an Al Hikmah Purwoasri Kediri itu menjelaskan betapa pentingnya mempersiapkan kader pejuang Aswaja yang militan. Selain untuk penetrasi ajaran Aswaja, mereka juga dipersiapkan sebagai pemimpin sesuai dengan levelnya.
“Memilih kader untuk jadi pemimpin itu sulit.Tidak semua kader itu bisa jadi pemimpin yang bisa mengembangkan organisasi, khususnya di Ansor dan Fatayat NU," jelasnya.
Di bagian lain, putra KH Badrussholeh itu memaparkan tentang etika dan estitika dalam berorganisasi. Etikanya setiap langkah perjuangan organiasasi di lingkungan NU harus selalu berpedoman pada Anggaran Dasar dan Aturan Rumah Tangga NU, sehingga dalam berkhidmah tidak akan keluar dari rel dan garis organisasi.
"Agar organisasi berjalan normal, etikanya pimpinan berlangsung satu periode agar bisa membuat program prioritas. Kalau pimpinan tidak pernah ganti akan timbul kebosanan sehingga organisasi tidak bisa berkembang dengan normal dan baik," kilahnya.
Sedangkan estetikanya adalah pimpinan harus berkinerja baik dan bagus. Untuk itu, pemimpin wajib dipersiapkan sejak dini melalui kaderisasi yang intensif.
"Pilih pemimpin itu harus yang cerdas dan mumpuni agar bisa menata organisasi dengan baik dan bisa menarik .Kalau penataannya bagus dan menarik maka banyak kalangan muda yang bergabung di Ansor dan Fatayat," pungkas Gus Nasyir (Imam Kusnin Ahmad/Aryudi AR).