Daerah

Kesejahteraan Siswa di Sekolah Harus jadi Perhatian

Sabtu, 29 September 2018 | 11:00 WIB

Banyuwangi, NU Online
Ratusan mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng Banyuwangi, jawa Timur khidmat mengikuti kuliah umum dengan tema School Well Being di KH As'ad Samsul Arifin Hall Room, Sabtu (29/9).

Rektor Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng, KH Kholilurrohman mengungkapkan bahwa acara terselenggara sebagai ikhtiar kampus berhaluan Ahlussunah wal Jamaah an Nahdliyah tersebut untuk meningkatkan kapasitas dosen dan mahasiswa di tengah arus global. 

"Kita berharap kampus Ibrahimy semakin berkualitas dan semakin bisa bersaing dengan perguruan tinggi lain," katanya. 

Selain itu, Pengasuh Pondok Pesantren Bustanul Falah ini di tengah acara tidak lupa menyampaikan bela sungkawa terhadap musibah gempa dan tsunami yang melanda masyarakat Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah.

"Selain mendoakan, mari kita bersama-sama menyisihkan sebagian rezeki untuk korban bencana Palu dan Donggala," pesan kiai yang akrab disapa Gus Lilur ini.

Sementara itu, pemateri kuliah umum Nurus Sa'adah mengatakan bahwa banyak peserta didik di sekolah yang melakukan perilaku menyimpang. Seperti siswa yang malas belajar, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, membolos, membentuk gank dan berbuat gaduh di kelas. 

“Juga perilaku terlambat masuk kelas, berpakaian tidak sesuai dengan ketentuan, dan tidak konsentrasi pada pelajaran, yang berdampak pada prestasi yang kurang,” katanya.

Kesejahteraan siswa di sekolah atau school well being, lanjut Nurus Sa'adah, merupakan masalah yang jarang diperhatikan pendidik. “Karena banyak pendidik yang memaknai, kesejahteraan hanya dari terpenuhinya sandang dan pangan para peserta didik,” ungkapnya. 

Padahal, peserta didik di era sekarang dihadapkan pada situasi kehidupan yang kompleks, penuh peluang dan tantangan, serta ketidakmenentuan. “Diperlukan berbagai kompetensi hidup, agar peserta didik dapat berkembang secara efektif, produktif dan bermartabat serta bermaslahat bagi diri sendiri dan lingkungannya,” jelasnya.

Sekolah adalah sebagai salah satu wadah yang dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan berbagai kompetensi hidup yang dimilikinya. “Dalam menciptakan school well being, diperlukan sebuah sistem layanan pendidikan di sekolah,” tegasnya. 

Yakni yang tidak hanya mengandalkan layanan pembelajaran mata pelajaran atau bidang studi dan manajemen. “Namun diperlukan juga layanan khusus yang bersifat psiko edukatif melalui layanan bimbingan dan konseling," ujarnya.

Dalam konsep school well being, terdapat empat komponen kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu having, loving, being dan health. “Jika komponen tersebut tidak ada di sekolah, dapat menyebabkan peserta didik tidak nyaman selama di sekolah, yang pada akhirnya bisa menimbulkan gangguan perilaku,” terangnya.

Dalam pandangannya, school well being merupakan keadaan sekolah yang memungkinkan individu memuaskan kebutuhan dasarnya, yang meliputi having, loving, being, dan health. 

“Indikatornya adalah siswa sehat, merasa tidak terkekang, merasa bebas berkreasi dengan keinginannya, merasa dihargai dan bermakna," pungkas doktor psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut. (Muhammad Faishol/Ibnu Nawawi)


Terkait