Daerah

Ketua ISNU Blitar Ingatkan Kian Merebaknya Gerakan Radikal

Ahad, 2 Juni 2019 | 02:30 WIB

Blitar, NU Online
Radikalisme bisa pengaruhi organisasi massa atau Ormas yang ada di Indonesia. Untuk itu, perlu pengertian bersama di setiap kader Ormas bahwa Pancasila merupakan ideologi tunggal di negara ini. Dan pada saat yang sama juga diingatkan bahwa gerakan radikal telah merasuk ke sejumlah lapisan masyarakat.

"Kita sebagai generasi penerus harus punya komitmen yang kuat tetap jaga NKRI, Pancasila, Binneka Tunggal Ika,” kata H Imam Kusnin Ahmad, Sabtu (1/6) malam. 

Hal tersebut disampaikannya saat dialog kebangsaan dalam rangka peringatan Hari Lahir Pancasila yang diselenggarakan Pengurus Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Blitar di Graha NU Kabupaten Blitar.

Menurut Ketua PC ISNU Kabupaten Blitar tersebut, pemerintah Indonesia telah  menjamin kebebasan masyarakat untuk berserikat atau berorganisasi. Namun syaratnya, tidak boleh melenceng dari Pancasila.

"Kita negara hukum, berserikat diizinkan. Sehingga di negara kita ini ada sekitar 394.836 Ormas. Namun semua harus  berazaskan Pancasila," kata Kusnin yang kini juga menjabat sebagai Komandan Corps Provos Banser Nasional itu.              

Pada kesempatan itu ia juga  menyinggung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibubarkan oleh pemerintah. “Karena HTI  dianggap akan mengubah Pancasila dengan ideologi khilafah,” tegasnya.

Pembubaran HTI oleh pemerintah karena melanggar hukum. “Meski saat mendaftar sebagai Ormas berideologi Pancasila, namun dalam kenyatannya  mereka  punya agenda lain, yakni mengganti Pancasila dengan ideologi lain," kata Wakil Ketua IPSI Kabupaten Blitar ini.                                    

Bagi mantan Komandan Banser Jawa Timur ini,  pertarungan dengan radikalisme lebih kepada petarungan ideologis daripada fisik atau militer. “Ancaman yang paling penting, ancaman terhadap mindset. Perang ke depan adalah mengubah mindset,” urainya. 

Menurutnya, kita adalah Pancasila dan ada di tengah. Dalam artian tidak ke kiri, tidak ke kanan. “Kiri ekstrem itu kominis dan ke kanan ekstrem itu radikal," katanya. 

Dalam pandangannya, eksistensi Pancasila hampir sama dengan NU. “Karena Ormas ini berhaluan Ahlussunah wal Jamaah an-Nahdliyah," sergahnya.

Karena itu Kusnin berharap semua Ormas di tanah air bersatu melawan radikalisme. Dia menganalogikan kekuatan persatuan dengan kerja sama semut. 

"Saya ibaratkan dengan semut. Persatuan nasional sangat penting layaknya semut yang punya etos persatuan tinggi. Tidak bicara soal dirinya, melainkan mereka bersatu. Dan saat bersatu, dia kuat. Itulah bela negara. Gajah itu bisa mati oleh semut," kata Kusnin memberi tamsil.                          

Berbicara masalah radikalisme, mantan wartawan media nasional ini mengatakan maraknya gerakan radikal Islam akhir-akhir ini telah banyak mengundang kekhawatiran berbagai pihak. “Tak hanya mempengaruhi kelompok tertentu namun sudah banyak menyasar ke semua golongan dan usia serta profesi,” ungkapnya.                               
Dikatakan  pandangan selama ini yang mengatakan bahwa radikalisme hanya muncul pada orang-orang dengan ekonomi lemah harus dibuang jauh. Sebab saat ini radikalisme sudah mewabah di semua kalangan.

"Setiap ada momentum mereka pasti bangkit. Dari sisi skala sekarang ini terorisme itu sangat dekat dengan kehidupan kita. Mereka tidak mengenal usia, latar belakang dan profesi," katanya.                                         

Kalau selama ini radikalisme dianggap didominasi oleh kaum miskin, faktanya semua kalangan masuk, mulai dari ASN terus profesi yang selama ini jarang tersentuh. “Juga sekarang sudah masuk seperti kemarin seorang Polwan dari Maluku," tandasnya. (Ika/ Ibnu Nawawi)


Terkait