Daerah

KH Muslich Abbas Ingatkan Pentingnya Menulis

Sabtu, 22 September 2018 | 19:00 WIB

Mojokerto, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyyah Fatchul Ulum (PPSFU) Pacet, Kabupaten Mojokerto, KH Muslich Abbas mengajak para santri untuk turut serta mewarnai media sosial. Hal ini disampaikan kepada pemateri dan panitia acara Ngaji Sosmed seusai diselenggarakannya acara yang berlangsung pada Jumat (21/9).

Menurut Kiai Abbas, saat ini banyak orang yang menggunakan media sosial sehingga ladang dakwah harus bergeser ke sana. Namun, ia mengingatkan agar tetap waspada sehingga tidak larut di dalamnya.

“Saat ini banyak orang tergiur pada media sosial, kita harus ikut. Akan tetapi jangan sampai larut di dalamnya,” jelasnya.

Di era globalisasi yang sedang berlangsung ini, menurutnya siapapun dituntut untuk mengeluarkan karyanya melalui media online. Selain itu, tulisan bisa lebih tajam daripada pedang.

“Sekarang kita sedang perang media. Bagaimana kalian bisa mengeluarkan hasil karya melalui media online,” ujarnya. “Menulislah, karena tulisan bisa lebih tajam daripada pedang. Sekarang ditantang ‘mana karyamu? Ini karyaku’. Maka masing-masing mengeluarkan karyanya. Masing-masing mengeluarkan pendapatnya,” imbuhnya.

Selain itu, kita dituntut juga untuk dapat memanfaatkan media yang ada, karena siapapun yang cepat maka ia akan dapat.

“Sekarang masanya siapa yang cepat dan tepat. Dia dapat. Karena saat ini masanya ghazwatul fikri,” imbuhnya.

Ia juga mencontohkan apa yang sudah dilakukan oleh para ulama terdahulu yang banyak menuliskan kitab-kitab klasik. “Berapa santrinya umat Islam yang menjadi santrinya Abu Syuja’? Berapa orang yang membaca Al Adzkar? Berapa orang yang menjadi muridnya Syekh Jalaluddin Al Mahalli dan Syekh Jalaluddin As Suyuthi?” tanyanya.

Menyikapi banyaknya pendakwah dadakan yang sedang marak pada saat ini, Kiai Abbas menekankan bahwa saat ini yang jadi tuntunan malah jadi tontonan. Begitu pula sebaliknya.

“Sekarang masuk eranya yang tuntunan jadi tontonan, yang tontonan jadi tuntunan. Kita hanya berebut jamaah, tapi tidak mengindahkan kualitas jamaah. Itu berarti kita lebih memilih kuantitas daripada kualitas. Jika kita memilih kuantitas, akan kalah di kualitas. Saya tidak mau seperti itu,” tutup Kiai Abbas. (Hanan/Abdullah Alawi)


Terkait