Yogyakarta, NU Online
Salah satu penelitian yang dilakukan Sejarawan Agus Sunyoto menyebutkan, Islam berkembang pesat di Nusantara pada zaman Wali Songo. Berbagai metode pendekatan yang mereka lakukan mampu menarik minat masyarakat untuk masuk Islam.
<>
Begitu pula, yang dilakukan oleh para kiai pesantren. Dengan penuh kesabaran mereka membimbing masyarakat. Hal tersebut didukung dengan pemahaman mereka terhadap kondisi sosial masyarakat saat itu.
“Mereka (para kiai) tidak hanya pintar kitab, tapi juga paham kondisi sosial masyarakat. Ini masyarakat masih begini, mesti pakai cara ini, dan sebagainya,” terang Aktivis NU, Savic Ali, pada pertemuan Komunitas Jaringan Gusdurian se-Indonesia di Yogyakarta, belum lama ini (29/3).
“Kiai dulu, ajak masyarakat masuk ke masjid tidak mau, tidak marah, tidak dikafir-kafirkan. Tapi sabar, tunggu momentum yang tepat. Semisal pas anaknya sedang sakit, siapa tahu dia datang ke kiai untuk minta doa,” imbuhnya.
Savic kemudian membandingkan hal tersebut dengan kondisi pada hari ini, yang menurutnya sangat berbeda jauh. “Hari ini banyak kiai, yang jadi kiai bagi santri tapi tidak jadi kiai untuk masyarakat,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Savic juga bercerita, tentang sosok Gus Dur sebagai seorang tokoh kiai yang memahami masyarakat. “Gus Dur mampu memimpin para kiai, sebab ia juga paham tentang kitab dan sebagainya. Gus dur itu tokoh NU, cucu pendiri NU, tapi masih sering sowan ke bawah, yang secara strata masyarakat atau keilmuan di bawahnya,” tutur dia. (Ajie Najmuddin/Mahbib)