Ketika dua orang berkomitmen memasuki kehidupan pernikahan maka terjadi transformasi status hak dan kewajiban dari seorang anak orang tua mereka masing-masing menjadi pasangan suami istri.
Ketika para saksi mengatakan "sah" maka dua insan dengan karakater berbeda harus memegang komitmen kebersamaan dalam kehidupan rumah tangga. Perbedaan yang sudah menjadi sunatullah (ketentuan allah) bukan untuk dihilangkan namun dipadukan untuk kemaslahatan kehidupan bersama.
"Suami istri itu seperti sepasang sandal. Berbeda namun mampu saling melengkapi. Sebelah kanan dan sebelah kiri saling bersinergi dalam perbedaan. Tidak asik ada sandal jalan sendirian," kata Ustadz Ahmad Syaifuddin Ketua Lembaga Dakwah NU Kecamatan Pringsewu , Lampung, Sabtu (6/4).
Kesuksesan yang diraih suami diberbagai bidang kehidupan selalu atas dukungan dari sang istri. Ada peran penting seorang istri di balik keberhasilan suami dalam memimpin dan membina kesuksesan membina rumah tangga. Begitu sebaliknya.
Untuk kesuksesan dalam membina rumah tangga lanjut pria yang biasa disapa Ustadz Saiful ini, pasangan suami istri harus saling pengertian, tidak saling memaksakan kehendak. Apalagi suami sebagai kepala keluarga harus mengedepankan komunikasi yang baik untuk meraih tujuan bersama.
"Tugas suami menuntun, bukan menuntut. Tuntun istri menjadi wanita yang shalihah. Bukan menuntut istrinya untuk menjadi shalihah," tegasnya.
Posisi orang yang menuntun lanjut ustadz Saiful berada di depan atau di samping yang dituntun. Ini menunjukkan makna bahwa suami harus selalu di depan dan memberikan contoh. Sehingga suami merupakan sosok yang menjadi suri tauladan dalam rumah tangga bagi istri dan anak-anaknya.
Selain menjadi suri tauladan yang baik, para suami juga harus memberikan nafkah yang terbaik untuk keluarganya. Apa yang dimiliki dan dikonsumsi oleh suami, itulah yang juga harus diberikan kepada anak dan istrinya.
"Apa yang dimakan suami, itulah yang dimakan istri. Istilahnya, suami makan semur daging, istri jangan dikasih tempe saja. Kualitasnya harus sama," pungkasnya. (Muhammad Faizin)