Daerah

Meriahnya Lomba Ngeliwet di Lebak

Ahad, 29 Oktober 2017 | 12:00 WIB

Meriahnya Lomba Ngeliwet di Lebak

Lomba Ngeliwet di Pesantren Qothrotul Falah, Lebak, Sabtu (28/10)

Lebak, NU Online
Pengurus Aanak Cabang (PAC) GP Ansor Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak, Banten mengadakan aneka perlombaan, Sabtu (28/10) pagi, di Pondok Pesantren Qothrotul Falah. Beberapa perlombaan yaitu balap karung mengenakan helm, hafalan Awamil (kitab nahwu), dan ngeliwet. 

Ngeliwet, menjadi lomba yang menarik minat puluhan pesantren sekitar turut menjadi peserta. Berbagai peralatan, seperti panci, kastrol, kenceng, dibawa oleh peserta. Aneka lauk juga dihidangkan dengan berbagai bumbunya oleh para chef bersarung ini.

Untuk lauk, panitia menyediakan jengkol sebagai lauk khas pesantren. Peserta tampak antusias dan sudah terbiasa dengan menu jengkol ini. 

“Sengaja kita sediakan jengkol untuk lomba ngeliwet, karena ini khas pesantren banget,” ujar Ketua PAC GP Ansor Cikulur, Muhammad Syukron.

Perlombaan yang digelar untuk memeriahkan Hari Santri secara resmi oleh Camat Kecamatan Cikulur, Habib Abdullah. Pada kegiatan yang mengusung tema Menjadikan Santri sebagai Agent of Change,
Abdullah mengatakan dirinya bangga bisa hadir dalam kegiatan santri ini. 

“Bahagia rasanya bisa hadir di sini. Saya melihat santri pakai sarung. Dan saya Camat, juga dulunya santri,” kata Abdullah yang menganakan sarung dan peci dalam acara tersebut.

Ia menegaskan sebagai camat tidak anti dengan sarung dan mengaku bisa ngeliwet.

Menurut Camat, Cikulur adalah Kota Santri. 

“Cikulur bukan daerah industri. Saya termotivasi sebagai santri. Di Cikulur Camat itu punya tabarat, tabungan akhirat, karena banyak undangan pengajian di sana-sini,” ujarnya.  

Karena itu, imbuh Camat, santri tidak semestinya berkecil hati. “Hari Santri Nasional ini bukti bahwa santri itu dihargai atau diakui pemerintah sejak 2015. Bukan berarti dulu nggak diaku, cuma kurang booming. Sekarang kita harus memeriahkan kegiatan ini,” katanya lagi.

Bahkan menurutnya, tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi dengan negara ini jika tidak ada keberadaan santri. 

“Santri itu garda terdepan melawan kemaksiatan,” ujarnya. 

Ia pun meminta para santri mampu mengikuti kemajuan zaman.

“Di zaman ini, santri harus modern, karena mereka punya peranan penting bagi kemajuan bangsa ini,” ujarnya. 

KH Aang Abdurohman, tuan rumah dan perwakilan PC GP Ansor Lebak dalam sambutannya menyatakan, Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi keagamaan yang posisinya berada di tengah-tengah (tawassuth).  

“NU nggak suka demo. Posisinya di tengah atau tawassuth dan lebih suka mendamaikan,” jelasnya.

Kiai Aang mengingatkan supaya umat Islam di Indonesia tidak mudah diadu-domba oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dan ingin melihat negara ini berantakan. 

“Kalau sudah pecah, nanti tidak ada bedanya dengan Irak, Siria,” ujarnya. 

Menurutnya, ada kelompok tertentu yang ingin mengacaukan Indonesia melalui berbagai cara sehingga terjadi perang saudara. 

“Dulu musuh kita jelas, Belanda, dan Jepang misalnya. Sekarang musuh kita nggak jelas. Nggak ikut aksi 212 dijadikan musuh. Isu Komunis jadi musuh,” katanya lagi.  

Karena itu, Kiai Aang mengingatkan, umat Islam terutama santri harus teliti dan jeli pada informasi. Jangan mudah meyakini informasi yang berkembang serampangan. 

“Kita harus memfilter informasi itu benar atau tidak. Dan karenanya, santri harus menjadi agen perubahan sekaligus harus menjadi penjaga perdamaian,” katanya berharap.

Pada pembukaan perlombaan ini, tampak hadir juga Masroem dari Polsek Cikulur, Ahmad Turmudzi dari PC GP Ansor Lebak, Ubaidillah selaku Bendum PC GP Ansor Lebak dan sebagainya. [nhm/Kendi Setiawan]


Terkait