Bogor, NU Online
Ratusan warga di Kompleks Permata Nusa Indah, Situ Sari, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor Jawa Barat berduyun-duyun mendatangi Musholla Al Muhajirin, Sabtu (16/9) malam. Warga yang mayoritas berkultur NU, bersatu padu duduk bersimpuh bersama para asatidz dan tokoh masyarakat Situsari, memeriahkan Gema Muharam.
Dalam acara bertema Dengan Semangat Hijrah Kita Tingkatkan Ukhuwah Islamiyyah Menghadirkan Pendidikan Islam bagi Generasi Muda, panitia mengundang muharrik dakwah blusukan dari Pergunu Depok, Ustadz H Abdul Hadi Hasan.
Ustadz Abdul Hadi mengatakan bahwa Muharam adalah bulan tarbiyah, bulan sakral dan satu di antara empat bulan yang Allah Swt mewajibkan hamba-Nya untuk menghormatinya.
"Muharam menjadi sakral dan membumi di Nusantara karena memiliki landasan ayat-ayat Al-Qur'an, sebagaimana termaktub dalam firman Allah Surat At Taubah Ayat 36," tegas Kang Hadi, sapaannya,
Menurutnya Allah Swt memerintahkan Muslim menghormati dan memuliakan bulan yang dalam sejarah Islam Nusantara biasa dikenal dengan bulan Suro.
"Suroan, dinisbatkan pada kata asyura, artinya kesepuluh, di mana pada 10 Suro putra Sayidina Ali yang bernama Sayidina Husein terbunuh," papar Kang Hadi.
Pada Muharam ada lebaran anak yatim, ada pembuatan bubur merah dan putih yang kesemuanya disedakahkan. Semua itu bernilai kebaikan dan penghormatan Muslimin Nusantara terhadap bulan sakral dan bulan duka Rasulullah Saw.
"Sejarah ini jarang sekali diungkit, jarang dibahas karena memang hanya ada dalam kitab para alim ulama. Sebagian menolak peringatan Muharaman, padahal jika diteliti ada landasan historisnya. Makanya aneh jika ada yang berteriak peringatan Maulid Nabi dan Muharaman itu bidah," ungkap Kang Hadi.
Ia juga menuturkan, para alim ulama seperti Al Imam Syafi’i dalam kitab Diwan-nya dan Al Habib Abdullah Al Haddad dalam syairnya banyak menceritakan kesakralan bulan Muharam karena dihubungkan dengan kecintaan pada Rasulullah Saw, keluarga, dan para sahabatnya.
Zaman berubah, beragam cara menghormati Muharam dilakukan umat. Tentu semua peringatan dan aktivitas doa serta menyantuni yatim adalah berkat arahan ulama. "Inilah Islam Nusantara, yang mengajarkan Islam membumi dengan seluruh akhlak dan kearifan lokalnya," ungkapnya.
Acara dirangkai dengan Yasinan, membaca Ratib Al Haddad, shalawat pada Nabi Muhammad Saw. Penampilan santri dan Ibu-ibu pengajian, santunan anak yatim turut mewarnai.
Pada kesempatan ini, Ketua DKM Al Muhajirin, Ustadz Khoirul mengatakan bahwa Mushalla Al Muhajirin dalam tahap pembangunan dan pendiriannya terdorong berkat kerja sama warga Permata Nusa Indah.
"Kami baru memulai pembangunan sejak empat bulan lalu. Alhamdulillah berkah ghirah warga disini, kami bisa laksanakan pengajian, Yasinan dan Ratiban," tutur Kang Khoirul.
Ketua Panitia, Ustadz Abdullah juga menyampaikan rasa syukurnya kepada Allah Swt dan mengucapkan ribuan terima kasih atas sumbangsih warga.
"Berkat kerja sama kita semua dan rezeki dari Allah Swt, malam ini insyallah kita bisa menyantuni anak-anak yatim. Alhamdulillah," lugasnya.
Malam itu, acara ditutup dengan bertawasul dan mengucapkan salam kepada Rasulullah Muhammad Saw. Doa agar seluruh hadirin dan bangsa dapat meraih hikmah dari berbagai sepak terjang perjuangan dan hijrah Nabawiyah yang diikuti oleh dzuriyat-nya dan para sahabat Rasul, juga dipanjatkan. (Red: Kendi Setiawan)