Pamekasan, NU Online

Keberadaan Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor merupakan anugerah yang mesti dimaksimalkan. Yakni, Gerakan Pemuda  Ansor harus mencetak kader perindu Rasulullah.

Demikian ditegaskan Ketua PCNU Pamekasan, Jawa Timur KH Taufik Hasyim, saat menjadi penceramah dalam acara Pemuda Bershalawat yang diadakan oleh Pimpinan Ranting GP Ansor Kertagena Tengah, Kadur, Kabupaten Pamekasan, Ahad (21/10) malam.

Acara yang bertempat di Pesantren Darul Falah Kertagena Tengah tersebut dalam rangka menyambut Hari Santri 2018. Hadir dalam acara tersebut pengurus NU, Muslimat NU, IPNU-IPPNU, Fatayat, perangkat desa, dan para tokoh agama.

"Ketika kita sudah menjadi perindu Rasulullah, Insyaallah kita akan menjadi umat yang mendapat syafaatnya. Mari kita khusuk sekaligus menjadikan membaca dan menghayati shalawat sebagai hobi," tegas Kiai Taufik.

Pengasuh Pesantren Sumber Anom, Palengaan, Pamekasan tersebut menambahkan, ada dua tanda seseorang dinilai khusuk saat membaca shalawat. "Yaitu syauq dan taladzdzat," tegasnya.

Syauq (rindu) ditandai dengan di hatinya ada rasa rindu kepada Nabi, Nabi paling bagus dan mulianya makhluk, orang yang bisa bermimpi Nabi tergolong luar biasa. 

"Sekarang sulit bermimpi bertemu nabi karena ketika mau tidur dan bangun tidur mencari handphone, yang tidak mengikuti Nabi, maka kelak tidak dikenal oleh Nabi. Karenanya, kita hadirkan rasa syauq saat membaca shalawat," tegas Kiai Taufik.

Merasa nikmat (taladzdzat) saat membaca shalawat merupakan kunci kedua agar dikatakan khusuk bershalawat. Menurutnya, manusia tidak bisa merasakan nikmat. 

"Ketika manusia merasakan nikmat, hilang kesadaran. Sayidina Ali ditusuk pedang saat shalat, ditarik pedangnya beliau tidak merasakannya karena khusuk. Ketika merasa nikmat, hilang kesadaran," pungkas Kiai Taufik. (Hairul Anam/Muiz)