Senin lalu (23/06) masyarakat Kauman Pandak dan sekitarnya melaksanakan acara nyadran di Makam Sewu, salah satu tempat wisata budaya dan religi Bantul.
<>
Sejak pagi, warga di sekitar berbondong menuju kompleks pemakaman untuk mengikuti acara tersebut. Demikian halnya dengan santri-santri dari Pondok Pesantren Al-Imdad Pandak Bantul.
Rangkaian acara dimulai dengan tahlil bersama dipimpin Pengasuh Madrasah Diniyah Nurul Qur’an KH Murtadho dan dilanjutkan dengan ceramah KH Habib Abdus Syakur, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Imdad.
Di dalam ceramahnya, Habib memaparkan nilai-nilai penting yang terkandung dalam prosesi ziarah kubur sebagaimana yang dilakukan di acara nyadran tersebut. Satu diantaranya yaitu mengingatkan pada kematian.
Habib juga menyampaikan nilai lain di balik kegiatan tersebut, yakni sebagai bentuk pelestarian budaya yang telah mengakar di masyarakat dan juga menjadi salah satu wasilah agar bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Habib juga sempat mengajak jamaah nyadran untuk melihat dalam kacamata sejarah, terkait dengan fakta bahwa ziarah kubur sempat dilarang oleh Rasulullah SAW karena dikhawatirkan akan menimbulkan kemusyrikan terhadap arwah para leluhur.
Namun, tak lama berselang Rasulullah justru menganjurkan umatnya untuk melakukan ziarah kubur sebagai perwujudan rasa kasih sayang kita terhadap orang-orang yang sudah wafat, terlebih pada anggota keluarga.
“Jika kita ingin dekat dengan orang yang kita cintai, maka kita juga harus mendekatkan diri pada orang yang dicintai oleh orang yang kita cintai. Begitu juga dengan Allah, jika kita ingin menunjukan kecintaan kita kepada Allah, maka kita harus menunjukan rasa cinta kita kepada orang-orang yang dicintai Allah, seperti orang-orang soleh dan para wali-wali-Nya,” ujar Habib.
Menunjukan rasa cinta kepada para kekasih Allah yang sudah meninggal, menurut dia, adalah dengan menziarahi makamnya dan memohonkan ganjaran pahala bagi kebaikan mereka dan ampunan bagi kesalahan-kesalahan mereka. (Nurlela/Mar'atus/Tri/Abdullah Alawi)