Jombang, NU Online
Belakangan, topik hoaks atau kabar palsu kembali mencuat ke permukaan. Dampaknya, tak sedikit pihak yang merasa dikecewakan, lantaran sudah terlanjur percaya dengan kabar yang berujung palsu itu.
Atas peristiwa ini, Ketua Yayasan Pesantren Al-Aqobah Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur Akhmad Kanzul Fikri mengatakan, keberadaan hoaks sebetulnya sudah terjadi sejak nabi Muhammad. Dan saat itu si pelaku hoaks biasanya diberi gelar Al-Kadzdzab.
"Di zaman Nabi Muhammad SAW, orang yang suka berdusta diberi gelar Al-Kadzdzab (الكذّاب)," katanya, Sabtu (6/10).
Sejatinya, makna lebih luas dari Al-Kadzdzab adalah desainer, provokator, sekaligus pelaku hoaks. Sebuah laqob yang diatributkan kepada seseorang yang suka memutarbalikkan fakta dan menyembunyikan kebenaran.
Lebih jauh ia menjelaskan, ada istilah yang hampir sama dari Al-Kadzdzab, yakni Al-Kadzib (الكاذب). Namun secara penggunaannya sangat beda. Kata Al-Kadzib lebih menekankan pada seseorang yang hanya sekali atau dua kali berbohong.
"Tapi kata Al-Kadzdzab berwazan mubalaghah, menunjukkan sebuah perbuatan yang gemar dilakukan secara berulang-ulang (repetitive action) yang sudah menjadi habit-nya," jelas dosen Universitas KH Wahab Hasbullah (Unwaha) Tambakberas Jombang ini.
"Kalau dalam bahasa Inggris, wazan mubalaghah setara dengan superlative 'the most'," lanjutnya.
Kehidupan seseorang yang memiliki label demikian tentu akan merasa sedikit terasingkan dengan sendirinya. Menjalani hari-harinya di tengah masyarakat seolah dengan raga yang tak utuh.
"Saya tidak membayangkan seandainya kita hidup se zaman dengan Kanjeng Nabi, bisa saja kita kecipratan stigma Al-Kadzdzab jika ikut-ikutan menshare berita hoaks," tuturnya.
Dan ada kemungkinan Nabi menjauh, para sahabat pun alergi dengan tingkah laku seseorang yang bergelar Al-Kadzdzab juga yang kecipratan dengan gelar tersebut. Nau'udzubillah. (Syamsul Arifin/Muiz)