Jepara, NU Online
Di era Gus Dur saat menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang berhadapan dengan rezim Orde Baru, mengalami tantangan yang luar biasa, sehingga perjuangan NU hingga sekarang jangan sampai padam.
Bahkan beberapa waktu yang lalu saat Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jepara KH Hayatun Abdullah Hadziq menyempatkan berkunjung ke lembaga pemasayarakatan (lapas) untuk meneruskan program pembinaan penghuni lapas yang sudah dirintis sejak tahun yang lalu.
“Bertahun-tahun secara organisasi NU belum pernah berkunjung ke sana. Alhamdulillah Ramadhan tahun lalu kami memberikan 250 seragam NU kepada mereka,” bebernya.
Hal itu disampaikannya saat memberikan ceramah organisasi pada kegiatan Harlah ke-95 NU, haul masal Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Tahunan dan pelantikan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara masa khidmah 2018 – 2020 yang bertempat di Gedung MWCNU Tahunan, Komplek Kampus Unisnu Jepara, Jumat (23/3/2018) siang.
Dikatakan, ratusan penghuni Lapas yang ada di Kabupaten Jepara, menurut data yang PCNU peroleh belum ada yang non-muslim apalagi Muhammadiyah.
"NU semua, berarti itu warga kita,” terang Pengasuh pesantren Hadziqiyah Desa Gemiring Lor Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara ini.
Membina mereka (penghuni lapas, red.) adalah bagian dari dakwah. Tentunya bi aini marhamah, dengan kasih sayang.
“Kalau tidak kita yang membina mereka terus diambil alih mereka (kelompok lain, red.) yang rugi siapa ? Tentu kita semua,” tegas Mbah Yatun mengingatkan.
Selama sebulan di bulan Ramadhan nanti pihaknya akan menjadwalkan kegiatan-kegiatan keagaman untuk mereka. Ketika di lapas dirinya juga sempat bertanya masalah-masalah yang menimpa mereka. Di antara yang disebutkannya ada yang terjerat kasus narkoba, mencuri, begal sepeda motor, dan masih banyak lagi.
“Terhadap warga kita yang tertimpa masalah kita mesti bertanggung jawab dan jangan sampai putus asa untuk berdakwah,” tuturnya.
Lebih lanjut Ketua PCNU Jepara menandaskan, lagu Indonesia Raya, Ya Lal Wathan yang sering dikumandangkan oleh warga NU bukan hanya sekadar slogan. Jika demikian apa bedanya dengan artis tampil menyanyi lalu pulang bawa duit?
Lebih dari itu lagu-lagu ini terang kiai yang kerap disapa Mbah Yatun itu harus dipikirkan dan direnungkan ulang, sehingga hal itu dapat berimbas pada kualitas organisasi.
“Kita ini masih mementingkan kuantitas daripada kualitas sehingga tugas pokok organisasi terseok-seok,” tandas Mbah Yatun.
Kiai Hayatun mengingatkan kepada pengurus MWCNU dan Ansor serta Banom di lingkungan NU Kecamatan Tahunan pendiri NU dalam merintis organisasi dengan istikharah dan minta petunjuk dari langit, sedangkan penerusnya kerap melakukan hal yang serba praktis.
Dikatakan, di usia ke-95 tahun NU harus semakin solid, karena zaman dirinya masih kecil setiap kali NU mengadakan pengajian harus izin, meski begitu orang-orang kita terus bergerak memperjuangkan NU. (Syaiful Mustaqim/Muiz)