Daerah

Penempaan Anggota Banser untuk Kepentingan Bangsa dan Negara

Senin, 31 Desember 2018 | 06:00 WIB

Tegal, NU Online
Bupati Tegal Hj Umi Azizah menyampaikan kagum atas semangat ribuan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Tegal yang telah mengikuti Diklatsar. Hal itu diungkapkan Umi Azizah saat Silaturahmi Akbar dan Penyerahan 1.800 Sertifikat Diklatsar Banser Satkorcab Kabupaten Tegal, Sabtu (29/12) di Gedung Indoor GOR Trisanja Slawi.

Menurut Umi, Banser tidak hanya ditempa secara fisik dan mentalnya saja, tapi juga dibangun karakternya, dibangun persepsinya tentang ke-NU-an, tentang ke-Indonesiaan dan bela negara. Semua ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia demi kesinambangunan roda organisasi, mengawal ulama, memantapkan manhajul fikr Ahlussunnah wal Jamaah dan menjaga NKRI.

"Mengapa NKRI harus dijaga, mengapa Bhinneka Tunggal Ika harus dirawat? karena bangsa ini adalah bangsa yang besar. Tidak ada bangsa lain di dunia ini yang memiliki begitu banyak sekali perbedaan. Dan sudah menjadi takdir Tuhan untuk kita adalah keberagaman, sudah menjadi kodrat bangsa Indonesia ini dianugerahi beraneka ragam suku, agama, kepercayaan, dan kebudayaan. Ada 714 suku di antara 263 juta penduduk Indonesia yang tersebar di 17 ribu pulau," tegas Umi

Kalau perbedaan ini tidak disadari, kata Umi, kita akan mudah diadu-domba. Kalau kita tidak memahami ini, bahaya perpecahan akan mengancam. Lihat saja Afghanistan yang hanya ada 7 suku, perang saudaranya 40 tahun tidak selesai. Lalu perang di Suriah yang dimainkan kekuatan luar seperti Rusia dan Amerika Serikat yang tidak saja menghancurkan kehidupan rakyatnya tapi juga sudah merambah ke Turki dan Iran.

"Semuanya berawal karena tidak adanya kesadaran menghargai perbedaan, tidak ada sikap toleran selain kepentingan antar kelompok yang saling memaksakan kehendak," kata Umi. 

Melihat ini, Umi mengingatkan agar selalu harus waspada, terutama ditengah situasi akhir-akhir ini, di mana kehidupan berbangsa dan bernegara kita sedang diuji. Kebinekaan kita sedang dihadapkan pada persoalan disintegrasi yang memecah belah umat Islam lewat gerakan kelompok beragama yang menggunakan cara-cara takfiriah untuk menyeragamkan keyakinannya yang dipoles sedemikian rupa dengan memanfaatkan momen kontestasi politik. 

"Bahkan ujaran kebencian, hoaks dan berita palsu pun tak jarang mereka produksi dan sebarkan ke media sosial untuk menggiring persepsi publik, untuk membangun mimpi di masyarakat akan negara imajiner yang mereka cita-citakan yang itu nyata-nyata bertentangan dengan ideologi Pancasila dan UUD 1945," tandasnya.

Ketua PC Muslimat NU Tegal itu menambahkan, disinilah peran penting Barisan Ansor Serbaguna untuk ikut serta ambil bagian memoderasi keagamaan kita, membentengi masyarakat terutama generasi muda dari masuknya ideologi Islam transnasional.

Menurutnya, ideologi tersebut tidak ramah pada perbedaan, tidak ramah pada demokrasi, yang anti ke-Indonesia-an dan anti-praktik Islam Indonesia. Inilah tantangan kita, tugas kita, tugas saya, tugas saudara, tugas Ansor dan tugas Banser untuk menjaga NKRI dari perpecahan.

"Oleh karenanya, untuk menjaga keutuhan NKRI ini dalam setiap kesempatan saya selalu menghimbau kepada siapa saja agar berbicara baik, agar selalu berpikiran positif, selalu optimis dan bekerja keras serta pantang menyerah. Hindari sikap saling menjelekkan, hindari hasutan-hasutan dan sikap saling memprovokasi yang tidak berguna. Hindari fitnah, karena itu semuanya hanya akan melemahkan kita, hanya akan merugikan umat Islam, merugikan bangsa ini," Umi menandaskan.

Diakhir sambutan, Umi Azizah mengingatkan semangat kebangsaan adalah aset terbesar bangsa ini, bahwa seluruh energi besar umat Islam di negeri ini sangatlah diperlukan untuk pembangunan. Pembangunan yang akan menekan kemiskinan, mengurangi pengangguran, mempersempit kesenjangan kemakmuran antara yang kaya dengan yang miskin demi terwujudnya Bangsa Indonesia yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Sementara itu, Ketua PCNU Kabupaten Tegal H Akhmad Wasyari mengungkapkan, Banser setidaknya tahun ini telah diuji dua hal. 

Ujian pertama yakni yang menerpa Banser melalui kejadian di Jawa Barat yang memang sengaja didesain sedemikian rupa sehingga pada peringatan Hari Santri Nasional tidak luput selalu ada bendera HTI yang dikibarkan di lokasi. 

"Pertanyaan besarnya adalah, bukan siapa yang mengibarkan bendera? Bukan siapa yang membakar? Tetapi siapa aktor yang telah mendesain pengibaran bendera tersebut," kata Wasyari.

Ujian yang kedua, ancaman terhadap warga NU kultural, yaitu upaya menyamakan NU dengan kelompok lain yang tak seideologi, sehingga mendapat simpati dari warga NU di tingkat grass root.

"Inilah tugas dan kewajiban Banser, untuk membentengi dari kelompok mereka. Harus siap dengan tantangan NU secara umum. Semoga NU tetap jaya, tetap berkembang dan mewarnai Indonesia," pungkasnya. (Nurkhasan/Fathoni)


Terkait