Daerah

Pengasuh Pesantren Besongo Semarang: Keadilan Gender Merupakan Visi Islam

Jumat, 5 April 2019 | 14:00 WIB

Pengasuh Pesantren Besongo Semarang: Keadilan Gender Merupakan Visi Islam

Studi banding Pesantren Besongo ke Pesantren dan Ma'had Aly Kebon Jambu.

Semarang, NU Online
Pondok Pesantren Darul Falah, Besongo, Semarang, Jawa Tengah mengadakan ziarah dan studi banding ke Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat. Tujuannya, belajar tentang sejumlah hal kepada pesantren yang terbilang unik ini.

"Karena itu kami mengajak ke sini untuk belajar tentang kedisiplinan, kebersihan, ketertiban, dan kesenian yang ternyata lebih banyak," tutur KH Imam Taufiq, Jumat (5/4)

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Besongo ini juga mengemukakan tujuan kunjungan untuk mendapatkan inspirasi ilmu pengelolaan pesantren dan Ma'had Aly Kebon Jambu yang konsen pada keadilan gender. 

"Tapi, lebih dari itu yang ingin kami dapatkan adalah inspirasi ilmu tentang bagaimana pengelolaan dan visi pondok dan ma'had aly yang punya konsen di bidang keadilan gender,” ungkapnya.

Menurut KH Imam Taufiq, keadilan gender merupakan visi Islam. Visi Islam yang menyatukan peran laki-laki dan perempuan harus adil, sejajar, seimbang yang untuk diperjuangkan semua lapisan masyarakat.

KH Marzuki Wahid selaku Direktur Ma'had Aly Kebon Jambu berpendapat bahwa ulama perempuan itu bukan semata mereka yang berjenis kelamin perempuan. “Tapi ulama yang ahli dan memperjuangkan hak-hak perempuan,” katanya. 

Ulama perempuan juga ada yang berjenis kelamin laki-laki, dan harus ada yang laki-laki karena perempuan dan laki-laki diciptakan untuk saling melengkapi. “Kata Gus Mus (KH Mustofa Bisri, red), laki-laki dan perempuan itu memang berbeda, tapi bukan untuk dibeda-bedakan. Justru karena perbedaan itu dapat saling melengkapi dalam kesempurnaan,” jelasnya.

Sekarang sedang ramai Islam Indonesia tanpa feminis. Gender dan feminis sering dikaitkan dengan barat. Itu merupakan cara pandang yang merendahkan terhadap Islam. “Padahal Nabi Muhammad itu juga seorang feminis,” ungkap Direktur Ma'had Aly Kebon Jambu ini.

Menurutnya, umat Islam harus membangun kesadaran sehingga menemukan nur kesetaraan dan keadilan gender dari rahim Islam itu sendiri. “Bukan dari barat, timur, utara, maupun selatan," tandas Kiai Marzuki. (Naila Daris Salamah/Ibnu Nawawi)


Terkait