Jepara, NU Online
Pengasuh pesantren Hasyim Asy'ari Bangsri Jepara Hindun Anisah menyatakan anak-anak harus dibimbing untuk mengembangkan perdamaian. Agar hasilnya maksimal, perempuan juga harus dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang concern dengan isu-isu perdamaian.
"Perempuan dapat menjadi agen dalam membangun perdamaian," terang Hindun yang juga aktifis Jepara.
Hal itu mengemuka dalam diskusi "Merawat Benih Damai Melalui Budaya Lokal" yang digelar Forum Silaturrahim untuk Perdamaian (Forsup) di RM Lumintu Jepara, Senin (19/3/2018) siang.
Berbagai elemen di Kabupaten Jepara mendorong pemaksimalan budaya dan kearifan lokal untuk merawat perdamaian. Kearifan budaya lokal menjadi pintu masuk efektif agar perbedaan agama, suku, ras, dan beragam latar belakang yang ada di masyarakat tidak menjadi masalah, namun bisa diolah menjadi berkah.
Hadir dalam acara tersebut budayawan, seniman, tokoh lintas agama, akademisi, aktivis perempuan, pegiat literasi dan elemen lainnya yang ada di Kabupaten Jepara.
Perwakilan komunitas Hindu, Ninik Anggraeni sepakat dengan usulan itu. Srikandi perdamaian Jepara bisa dibentuk untuk menyokong kiprah perempuan menyemai dan merawat perdamaian tersebut.
Hadi Priyanto, budayawan Jepara mengatakan kearifan budaya lokal bisa menjadi media tanam yang efektif bagi tumbuh dan berkembangnya spirit perdamaian di tengah tengah masyarakat. Seni budaya lokal juga menjadi daya tarik bagi anak anak untuk memahami dan menerima perbedaan.
"Metodenya bisa melalui dongeng, pentas seni dan seni budaya lokal lainnya. Nilai-nilai pluralisme harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anak agar mereka terbiasa dengan perbedaan," katanya.
Menurutnya aktivitas menumbuhkembangkan dan merawat perdamaian memang butuh waktu lama. Oleh karena itu, semangat itu harus terus disuarakan lewat berbagai cara dan sarana. Salah satu sarana yang bisa dipilih yakni dengan memaksimalkan media sosial untuk menyebarluaskan pesan universal ini kepada seluruh anak bangsa.
"Perbanyak narasi soal perdamaian di medsos itu juga efektif. Termasuk juga media mainstream karena pesan yang kita suarakan akan lebih bisa menyasar banyak kalangan. Anak-anak sekarang juga sudah banyak yang menggunakan medsos makanya kita maksimalkan kecanggihan teknologi ini," ujarnya.
Pendeta Danang Kristiawan mengatakan perdamaian tidak akan terwujud tanpa keadilan. Sebab damai adalah menghadirkan eksistensi manusia dan keadilan. "Perdamaian adalah pengakuan atas perbedaan. Jadi perbedaan itu harus dirayakan," tandasnya. (Syaiful Mustaqim/Muiz)