Komandan Remaja Pencinta Shalawat (Repshol) Kabupaten Pringsewu, Lampung Muhammad Subhan Al Musthofa (Gus Han) mengajak para generasi muda untuk berhati-hati menghadapi perubahan zaman dan tetap istiqomah mengikuti para kiai bersama NU untuk menjaga dan membangun NKRI.
"Jangan mudah keracunan semangat. Banyak kita jumpai saat ini para pemuda terlalu bersemangat berjuang tanpa tahu dasar perjuangan sejati. Hanya bermodal ikut-ikutan kesana kemari tanpa tahu tujuan dan arah sebenarnya. Sungguh mengerikan gerakan yang demikian. Banyak dari kita yang terjebak bentuk lalu tergelincir dalam jalan kedunguan," ungkap Gus Han, Jum'at (22/3).
Di era informasi yang terus menerus mengalir tanpa henti ini tuturnya, para pemuda harus selektif dalam memilah dan memilih informasi agar tidak terpengaruh paham yang mengaku Ahlussunnah wal Jama'ah namun sebenarnya akan menjauhkan para generasi muda dari Aswaja itu sendiri.
"Jangan pernah bergeser sejengkalpun dari kiai, NU, dan NKRI. Biasakan klarifikasi, tabayyun jika mendengar kabar apapun demi keamanan dan kenyamanan, demi sejuknya hati mengisi kemerdekaan NKRI," ajak Gus Han kepada para pemuda generasi muda NU.
Keracunan semangat beragama ini sering terjadi karena kurangnya memahami ilmu sehingga mudah diperalat dengan jebakan-jebakan. Terlihat kuat dan meyakinkan tapi sebenarnya rapuh dan mudah untuk dilumpuhkan.
"Para pemuda yang terbawa keracunan semangat beragama tanpa tahu dasar alias ikut-ikutan ini sebenarnya mengalami kebingungan sendiri. Racun yang disuguhkan dilihatnya sebagai madu yang akan membuat ucapannya nglantur sana-sini," kata adik Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin ini.
Keracunan semangat beragama bisa dilihat semisal dari bergesernya nilai-nilai tauhid dari dalam hati kepada simbol-simbol fisik. Kalimat tauhid dan takbir penyejuk hati diganti dengan teriakan-teriakan penuh emosi dan kebencian dalam hati sambil mengibarkan bendera bertulis tauhid.
Hembusan propaganda dari kelompok yang akan menjauhkan para pemuda dari NU ini menurut Gus Han, dilakukan dengan membunuh karakter kiai melalui media sosial sehingga akan muncul sikap antipati. Apalagi saat ini sudah dibumbuhi dengan aroma politik sehingga mudah untuk dibentur-benturkan. Beragama juga sudah dibawa kepada gaya hidup secara fisik bukan pedoman hidup dalam hati.
"Berhati-hatilah para pemuda dan pemudi NU. Tetaplah bersama kiai. Semoga NKRI tidak mengalami kehancuran sebab pemberontak yang mengatas namakan Islam. Semoga generasi muda kita dapat berfikir jernih, cerdas, faham bahwa NKRI adalah negeri aman damai. Semoga kita semua tidak mudah terjebak bentuk. Al-Fatihah!" pungkasnya. (Muhammad Faizin)