Sukoharjo, NU Online
Pesantren Istiqomah yang berada di desa Pucangan Kecamatan Kartasura, Jawa Tengah belum begitu banyak diketahui orang. Keberadaannya sendiri tidak pernah dipublikasikan dengan papan nama, brosur, ataupun baliho.
<>
Sekilas dilihat dari luar hanya tampak seperti bagunan rumah kuno sederhana seperti rumah pada umumnya. Padahal letaknya tepat di pusat kota dan dekat dengan satu-satunya perguruan tinggi Islam negeri di Surakarta.
Pada awalnya pesantren ini hanya mempunyai empat kamar yang diperuntukkan bagi mahasiswa alumni pesantren yang masih ingin mengaji dan sebagai kamar tamu. Namun banyaknya mahasiswa baru dan kekhawatiran orang tua jika anaknya tinggal di kos membuat keberadaan Pesantren Istiqomah semakin dicari.
“Awalnya anak saya diterima sebagai mahasiswa karena rumah saya jauh dan anak saya alumni pesantren, maka saya berkeliling sekitar kampus mencari pesantren yang baru untuk anak saya. Karena, saya khawatir jika tinggal di kos anak saya terpengaruh hal-hal yang kurang baik,” ujar Sukidi orang tua dari salah satu santri Istiqomah saat dihubungi via telepon, Senin (16⁄9).
Pada awalnya saya tidak mengetahui jika ada pesantren di daerah sini. Namun secara tidak sengaja ketika saya sholat di mushola dan menemukan lambang NU tertempel di sebuah pintu, saya lalu bertanya kepada salah satu jama’ah, apakah ada pesantren di sekitar sini. Jama’ah itu menjawab bahwa di samping mushola ini juga pesantren.
Saat ini pesantren Istiqomah yang diasuh Pengurus Syuriyah PCNU Sukoharjo Kiai Isma’il Thouyib sudah mempunyai puluhan santri. Bahkan karena keterbatasan tempat, tak jarang pesantren ini menolak calon santri yang hendak mondok di situ.
Beberapa dari mereka ada yang rela mengantri untuk masuk ke pesantren ini sampai ada santri yang keluar. Sementara semua santri yang bisa tinggal di situ hanyalah santri putri yang berasal dari alumni berbagai pesantren NU di Jawa. Untuk santri putranya hanya santri kalong. Karena, gedung untuk asrama santri putra saat ini baru mulai proses pembangunan.
Meskipun letak pesantren ini tidak pernah diperlihatkan. Namun, di tengah menjamurnya kos-kosan pesantren ini tetap diminati meski tanpa publikasi. (Ahmad Rosyidi/Alhafiz K)