Mempawah, NU Online
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan Badan Eksekutif Mahasiswa Mempawah, Kalimantan Barat kembali turun jalan.
Aksi yang mengusung tema 2019 Pemilu Damai tersebut berlangsung Ahad (16/9) dan dipimpin Ketua Pengurus Cabang PMII Mempawah, Saiful Umam.
“Kami berharap terwujudnya Pemilu yang damai, aman dan sejahtera,” kata Saiful Umam. Pada sat yang sama tidak henti-hentinya para kader meneriakkan betapa pentingnya persaudaraan dan kerukunan di tanah tercinta, terkhusus di Kalimantan Barat.
Saiful Umam mengatakan bahwa Kalbar dan Indonesia harus kondusif di Pemilu 2019 nanti. Dirinya mengajak seluruh elemen masyarakat, mahasiswa, Ormas dan tokoh agama untuk bersatu dan menciptakan perdamaian di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
Ia juga mengatakan bahwa persaudaraan yang telah terjalin selama ini jangan dijual dengan harga sangat murah. “Persaudaraan sesama lebih penting daripada kita harus mendewa-dewakan politik perpecahan dan permusuhan,” sergahnya. Dirinya juga mengemukakan bahwa sebagai generasi melenial, mahasiswa harus mengabdi terhadap umat, bukan malah menjadi perusak, lanjutnya.
Pihaknya juga siap berkerja sama dengan kepolisian untuk mengawal Pemilu 2019 nanti. “Minimal di Tempat Pemungutan Suara atau TPS masing-masing dengan memanfaatkan kader yang memang banyak berasal dari berbagai desa yang ada di Kabupaten Mempawah,” ujarnya.
Tak sampai di situ. Salah satu orator yakni Diana Lopita juga menyayangkan jika Pemilu 2019 hanya dijadikan alat memecah belah umat. Apalagi berdalih agama, suku dan keyakinan. “Masyarakat dan mahasiswa hendaknya mengenang kembali bahwa Indonesia merdeka bukan atas satu golongan, namun kerja sama semua elemen masyarakat,” ungkapnya, Semua pahlawan mempunyai cita-cita yang sama yakni memerdekakan rakyat Indonesia dari para penjajah, lanjutnya.
Dengan dasar inilah Diana ingin bahwa generasi yang meneruskan estafet perjuangan para pahlawan menjadikan Indonesia damai. “Seluruh mahasiswa agar menjadikan Indonesia tetap damai dan kondusif dengan satu kata bineka tunggal ika,” katanya.
Salah seorang aktivis, Rika menyampaikan bahwa masyarakat harus lebih jeli karena tidak jarang perselisihan terjadi lantaran perbedaan pandangan dan beda pilihan. “Hal ini sangat sensitif, jika kita terlena dan tidak sadar, maka selamanya akan dibodohi oleh oknum yang hanya ingin merusak dan haus akan kekuasaan,” katanya.
Kepada warga, harus manjadi garda terdepan untuk menangkis isu provokator lewat isu yang hanya menjadikan semakin jauh dari persatuan. “Marilah menjadi masyarakat yang cinta akan persatuan dan kesatuan karena itu lebih mulia, daripada ingin memuaskan nafsu kekuasaan semata,” pungkasnya. (Salihin/Ibnu Nawawi)