Jakarta, NU Online
Pelaksanaan pesta demokrasi pemilihan serentak pada 17 April 2019 berjalan lancar dan damai. Namun, setelah sembilan hari berlalu, terselip kesedihan dan duka yang menyayat hati karena ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) berjatuhan sakit dan meninggal.
Merespons kejadian tersebut, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Kebayoran Lama (PTIQ-IIQ) mengadakan Shalat Ghaib dan Doa Bersama di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat, Jumat (26/4).
Koordinator shalat ghaib dan doa bersama M Fahmi Fauzan Ihsan, menyatakan bahwa petugas KPPS merupakan para pejuang karena bertugas demi berjalannya pemilihan umum serentak yang damai dan penuh keadilan.
"Mereka adalah para mujahid demokrasi yang tetap semangat menjalankan tugas demi terselenggaranya demokrasi," kata Fahmi.
Pada kesempatan tersebut, Fahmi mengajak masyarakat untuk mendoakan petugas KPPS yang telah gugur dalam menjalankan tugas dan tetap bersatu demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ajakan juga ditujukan kepada para elit politik untuk mendoakan dan tetap menjaga suasana yang damai setelah pelaksanaan pemilu.
"Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mendoakan para mujahid demokrasi yang telah berguguran dalam menjalankan tugas," ajaknya.
Sebagai informasi, hingga Kamis (25/4), data KPU menunjukkan jumlah petugas KPPS yang sakit sebanyak 1.470 dan meninggal mencapai 225. Petugas KPPS yang sakit maupun meninggal sebagian besar disebabkan kelelahan dan kecelakaan. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)