Daerah

Raih Keutamaan Ganda di Bulan Puasa

Ahad, 6 Mei 2018 | 04:10 WIB

Raih Keutamaan Ganda di Bulan Puasa

Ilustrasi (ist.)

Pringsewu, NU Online
Menghadapi ibadah puasa di bulan Ramadhan, umat Islam harus senantiasa mempersiapkan diri semaksimal mungkin baik secara fisik maupun mental. Semua itu dilakukan agar dapat secara maksimal meraih fadhilah (keutamaan)  dari ibadah tahunan yang sangat spesial ini.

Persiapan fisik dapat dilakukan dengan memanfaatkan bulan Sya'ban untuk melatih diri berpuasa. Sementara persiapan mental dilakukan dengan memperdalam keilmuan tentang puasa meliputi hukum seperti kesunahan, hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang dalam berpuasa.

Hal ini dikatakan Ustadz Ahmad Rifai saat memberikan kajian tentang persiapan menyambut Ramadhan 1439 H pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di Aula Gedung PCNU Pringsewu, Ahad (6/5).

"Mendapatkan inti sari dari Ibadah puasa ini sangat sulit karena puasa memiliki arti menahan, mengekang dengan konsekwensi harus ada yang dikorbankan sekaligus ada beban. Namun semua itu tidak akan terasa bila kita mengetahui fadhilah-fadhilahnya," terang Ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Pringsewu ini.

Mas Fa'i, begitu ia biasa disapa mengungkapkan salah satu kelebihan dari berpuasa Ramadhan dibanding dari ibadah lainnya adalah mampu menghapus dosa yang sudah dilakukan sebelumnya.

"Kalau ibadah yang lain itu hanya menambah pahala, ibadah puasa memiliki keutamaan ganda yaitu menambah pahala sekaligus menghapus dosa-dosa yang kita lakukan sebelumnya. Mari raih keutamaan ganda ini," ajak Mas Fa'i.

Apalagi jika ibadah puasa dilakukan dengan tidak hanya menahan lapar dan haus tetapi juga menahan diri dari perbuatan negatif, maka keutamaan puasa akan dapat diraih seperti puasanya golongan yang sangat khusus (shaumu khususil khusus).

"Puasa itu ada puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling khusus. Puasa umum itu menahan perut dari makanan dan hasrat syahwat. Puasa khusus itu menahan anggota tubuh dari melakukan dosa dan puasa paling khusus adalah menahan hati agar tidak mendekati kehinaan dan memikirkan dunia. Hanya Allah SWT dalam hati dan fikiran. Untuk puasa yang ketiga ini batal jika dalam hati dan pikiran terdapat selain Allah SWT dan hari akhir," jelasnya mengutip penjelasan Imam Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin.

Lebih lanjut anggota Komisi Fatwa MUI Provinsi Lampung ini menjelaskan tiga manfaat dan fadhilah yang dapat diambil jika mampu melaksanakan puasa Ramadhan dengan maksimal.

"Pertama adalah tadrib yaitu media pelatihan diri. Kedua sebagai tahzdib yaitu sarana membersihkan jiwa dari dosa untuk mengabdi dan tunduk atas perintah dan larangan Allah SWT dan ketiga sebagai ta'dib yaitu membentuk karakter jiwa yang mampu men-filter (menyaring) perbuatan buruk sekaligus membimbing kearah pengenalan dan pengakuan atas kekuasaan Allah," jelasnya.

Pada kesempatan tersebut ia juga mengingatkan khususnya kepada Jama'ah Jihad Pagi dan umumnya umat Islam di Indonesia untuk memulai puasa Ramadhan dengan menunggu hasil keputusan pemerintah melalui Sidang Isbat Kementerian Agama Republik Indonesia.

"Sidang isbat menjadi forum yang kredibel dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan karena melalui proses kajian yang komprehensif menggunakan berbagai metode seperti rukyah dan hisab," jelasnya.

Ini, lanjut Mas Fa'i, sesuai dengan perintah Nabi setiap kali memasuki bulan Ramadhan untuk melakukan pengamatan terhadap bulan. Jika bulan tidak terlihat ataupun tertutup awan maka istikmal (disempurnakan bulan Sya'ban menjadi 30 hari).

"Mudah-mudahan kita dapat melaksanakan ibadah puasa dengan baik berkualitas sehingga akan mendapatkan keberkahan yaitu ziyadatul khair bertambahnya kebaikan dan semogalah kita akan temasuk golongan orang-orang yang bertaqwa. (Fara Fatiha/Muhammad Faizin).


Terkait