Pati, NU Online

Sejumlah emak-emak muda turun ke jalanan di kawasan Alun-alun Kecamatan Tayu, Pati, Jawa Tengah. Dengan berpakaian serba hijau, mereka dengan sigap membagikan bingkisan kepada tukang becak, dan sejumlah dhuafa lain.

Kegiatan bagi-bagi bingkisan menjelang lebaran itu memang dibudayakan kader Fatayat NU di Kecamatan Tayu.  “Pembagian bingkisan itu merupakan bentuk kepedulian Fatayat NU kepada kaum dhuafa yang ada wilayah Tayu. Terlebih untuk merayakan Idul Fitri," kata Anis Watul Wardah kepada media ini, Senin (3/6).

Dikatakan Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Tayu tersebut, bingkisan tidak hanya diberikan di kawasan Alun-alun dan depan kantor kecamatan setempat. “Kami juga mendatangi langsung sejumlah orang yang membutuhkan seperti tukang becak dan parkir yang mangkal di selatan Jembatan Tayu,” jelasnya.

Bahkan lokasi juga diperluas dengan menjangkau kawasan lain. “Selain itu juga kepada tukang tambal ban di Desa Sambiroto, dan juga warga kurang mampu di Desa Dororejo,” terangnya. 

Dijelaskannya, bingkisan yang diberikan berisi antara lain beras 2,5 kilogram, minyak goreng 1 liter, gula 1 kilogram dan mi instan sebanyak 5 bungkus. “Untuk yang disebar ke 21 desa, penerimanya para lansia yang usianya di atas lima puluh tahun,” terangnya.

Tahun ini, tambah Anis, bingkisan yang dibagikan pada kegiatan bakti sosial untuk kaum dhuafa sejumlah 550 paket. “Sumber dana kegiatan yang sudah berjalan tiga tahun ini berasal dari anggota Fatayat NU, serta donatur dan tiga sekolah yang turut mengumpulkan zakat fitrah,” jelasnya. 

Menurutnya, kegiatan merupakan agenda tahunan dan jumlah bingkisan yang dibagikan terus meningkat. “Ini kita sudah masuk sudah tahun ketiga selama penyelenggaraan dengan menyapa dhuafa se-Kecamatan Tayu dan jumlahnya juga semakin banyak,” urainya.

Anis Watul Wardah turut berharap badan otonom (Banom) NU yang dipimpinnya terus menyebarkan  cinta kepada sesama dengan kegiatan nyata. "Cinta kepada kaum dhuafa pada bulan Ramadhan ini mari kita wujudkan dengan saling berbagi," pungkasnya. (Achmad Ulil Albab/Ibnu Nawawi)