Daerah

Revolusi Industri 4.0, Pertarungan Kreativitas Membongkar Kemiskinan

Kamis, 27 September 2018 | 21:30 WIB

Yogyakarta, NU Online
Era Industri 4.0 yang identik dengan teknologi informasi harus dimanfaatkan generasi muda, utamanya mahasiswa, untuk memutus mata rantai kemiskinan di Indonesia.

Hal ini diutarakan Susetyawan, kepala Pusat Studi Perdesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam diskusi bulanan yang diadakan Forum Silaturahim Mahasiswa Pascasarjana Nahdlatul Ulama UGM, Kamis (27/9).

Menurut Susetyawan, jika selama ini yang berkembang adalah yang memiliki material (capital modal), di masa yang akan datang yang mendominasi adalah culture capital.

"Orang miskin bukan karena tidak punya uang, tetapi incapable to be creative. Tidak memiliki jiwa kreatif. Kita membutuhkan cultural capital, yakni penguasaan budaya dan teknologi.  Di sinilah mahasiswa harus bisa mengkomparasikan," lanjut Guru Besar Fisipol UGM ini.

Ia juga berpesan agar jangan sampai warga NU kalah dengan kencangnya arus industrialisasi dan modernisasi.

Sementara itu, Ahmad Wardhana, peneliti Pusat Studi Energi UGM menambahkan Industri 4.0 membuat warga NU dipersepsikan nganeh-nganehi, karena terlambat menyadari apa yang seharusnya dipersiapkan untuk diadaptasi oleh masyarakat. Padahal, NU mengakomodasi keragaman. Sekarang, NU mengejar untuk membela eksistensi NU itu sendiri.

“Energi yang sekarang sudah berkembang ke arah energi terbarukan, tidak pernah lepas dari teknologi dan informasi yang sejalan dengan tema besar Industri 4.0," terang Ahmad Wardhana.

Sepakat dengan Susetyawan, Ahmad Wardhan juga menekankan pentingnya pembuatan aturan-aturan baru yang adaptif terhadap perkembangan zaman.

"Aturan baru yang mengakomodir kompenen kultur dan teknologi informasi tersebut dapat mendukung tatanan justice, sehingga tidak menimbulkan disruptif," tegasnya. (Mukhanif YY&Riya M/Kendi Setiawan)




Terkait