Pamekasan, NU Online
Meski Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan selama ini terus menggalakkan program bantuan bagi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), namun masih banyak rumah warga yang tidak tersentuh program bantuan tersebut.
<>
Sejauh ini, Pemkab Pamekasan terkesan melakukan pengabaian terkait perbaikan RTLH. Utamanya di daerah pantai utara (pantura).
Ketua PCNU Pamekasan K Abd Ghoffar melalui Sekretaris PCNU K Abdurrahman Abbas sangat menyayangkan kenyataan tersebut. Pasalnya, Pemkab Pamekasan sejatinya punya program serius merealisasikan programnya.
"Apalagi program tersebut bersentuhan dengan kaum duafa. Jangan setengah-setengah lah bila menjalankan programnya," kritik Kiai Abbas saat dihubungi NU Online, Sabtu (10/5).
Kritik Kiai Abbas tersebut berbanding lurus dengan fakta di lapangan. Salah satu RTLH yang tak diurus oleh Pemkab Pamekasan berada di Dusun Sorren, Desa Sana Daja, Pasean Pamekasan.
Rumah milik Sulamah yang berada di puncak bukit itu kondisinya sangat mengenaskan. Meski bangunan tua tersebut terbuat dari susunan batu bata, tapi sangat jauh dari kesan layak. Nyaris roboh.
Menurut Sulamah, dirinya membangun rumah yang terdiri dari dua kamar itu sekitar 30 tahun lalu bersama suaminya ketika belum dicerai. Namun, tidak pernah diperbaiki hingga hampir ambruk saat ini. Dirinya tidak memiliki uang sama sekali guna memperbaiki tempat tinggalnya.
“Saya beberapa waktu yang lalu kalau malam hari jarang tidur, karena takut rumah tiba-tiba ambruk. Apalagi kalau sedang hujan deras. Tapi karena kondisi rumah saya semakin parah, sekitar satu bulan ini terpaksa saya dengan anak-anak menumpang ke rumah tatangga yang masih famili,” tuturnya.
Ia juga mengatakan, selama ini terpaksa menjadi kuli panggilan yang bekerja apa saja sesuai perintah tetangganya. Kadang mencuci baju, bertani, dan membersihkan rumput liar milik warga sekitar rumahnya.
“Terpaksa saya bekerja apa saja untuk bertahan hidup. Kasihan saya memiliki dua anak yang masih sekolah. Kalau tidak bekerja dari mana dapat uang jajan untuk anak sekolah dan biaya makan sehari-hari,” imbuhnya dengan wajah sayu.
Wanita paruh baya itu menuturkan, saat ini tidak memikirkan untuk memperbaiki rumahnya yang hampir ambruk. Karena menurutnya, sangat mustahil mendapat uang untuk memperbaikinya. Apalagi kini bahan bangunan harganya sudah naik.
“Saya tidak kepikiran untuk memperbaiki rumah, jadi sementara hanya berharap belas kasihan famili untuk menampung saya dan anak-anak. Yang penting saya bisa makan dan anak tetap sekolah,” pungkasnya.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Pantura yang juga tetangga dari Sulamah, Moh Hasan, sangat berharap perhatian Pemkab Pamekasan melalui instansi terkait untuk menyalurkan bantuan kepada warga yang memiliki RTLH tersebut.
“Perhatian Pemkab Pamekasan sangat kami harapkan. Karena warga yang tidak mampu itu termasuk warga Pamekasan juga. Dan kondisinya layak untuk mendapatkan bantuan,” harap dosen di salah satu kampus di Kecamatan Waru tersebut.
Dikonfirmasi, Kepala Dinsosnakertrans Alwalid berjanji akan bekerja lebih giat lagi. Pihaknya berterima kasih kepada PCNU yang turut membantu pemerintah kaitannya dengan optimalisasi realisasi program pemerintah. (Hairul Anam/Abdullah Alawi)