Jombang, NU Online
Ketua Aswaja NU Center Jombang Yusuf Suharto menegaskan, santri berkewajiban membawa nilai-nilai keislaman dan nilai kepesantrenan dalam kiprah hidupnya.
<>
“Nilai kejujuran, dan tidak hedonis adalah contoh yang harus ditekankan,” ungkapnya di hadapan santri siswa MAI dalam seminar motivasi dengan tema “Meneguhkan Peran Strategis Santri dalam Menghadapi Era Globalisasi”, di Aula Madrasah Aliyah Al-I’dadiyyah (MAI) Bahrul Ulum Tambakberas, Jumat pagi (29/11).
“Al-Quran banyak menganjurkan kita untuk berpikir mendalam, bertafakur. Nah, santri hendaknya banyak fokus belajar, jangan mudah galau. Diharapkan santri berpikir kreatif sehingga ia mampu menciptakan terobosan-terobosan karya.
Dinyatakan sekretaris Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Jombang ini bahwa para santri yang kreatif telah mempunyai peran strategis dalam pembangunan bangsa.
“Gus Dur, Cak Nur, Cak Nun adalah contoh santri asal Jombang yang kreatif dengan sentuhan karya masing-masing. Gus Ipul wakil gubernur Jatim juga seorang santri, dan Bu Nyai Mundjidah Wahab Hasbullah, wakil bupati Jombang.”
Menjawab pertanyaan apakah untuk sukses para santri harus kuliah atau masuk di perguruan tinggi, dosen bahasa Indonesia D-III STIKES Pemkab Jombang ini menyatakan meskipun tidak harus, tapi dalam banyak dimensi kehidupan kesarjanaan adalah penting untuk dipertimbangkan.
“Untuk sukses memang tidak harus kuliah, menjadi pakar kitab kuning tidak harus kuliah, cukup mondok di pesantren salaf secara serius. Menjadi wiraswasta, pengusaha, dan desainer juga tidak harus kuliah,” kata
Namun, Ketua Lembaga Penelitian Universitas Darul ‘Ulum Jombang menamhkan, ada banyak dimensi kehidupan yang meniscayakan kita agar kuliah, misalnya mau menjadi dokter, pilot, ahli nuklir, dan peneliti sains,” pungkasnya. (Fajar/Abdullah Alawi)