Sidoarjo, NU Online
Sebanyak 70 orang terdiri dari lansia, dewasa dan remaja mengikuti senam diabetes, yang digelar oleh Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo di halaman parkir timur rumah sakit setempat.
Dengan antusias, peserta senam mengikuti gerakan pemandu senam. Peserta yang mengikuti senam ini merupakan pasien diabetes, poli penyakit dalam dan warga sekitar rumah sakit.
Senam diabetes ini digelar rutin setiap minggu keempat pada hari Sabtu dan telah berlangsung sejak tahun 2015 silam dan mengalami peningkatan peserta yang cukup signifikan pada tahun 2018.
"Awalnya hanya sekitar 25 orang. Namun saat ini sudah mencapai 70 peserta. Sempat terjadi pasang surut, dan mulai stabil pada tahun 2018," kata salah satu petugas marketing RSI Siti Hajar Sidoarjo, Resty kepada NU Online, Sabtu (24/3).
Resty menyatakan, senam diabetes diadakan untuk mencegah penyakit diabetes. Meskipun warga yang tidak terkena penyakit tersebut, bisa juga mengikuti senam, karena senam diabetes boleh dilakukan oleh siapa saja.
"Semenjak diadakannya senam tersebut, pasien diabetes mengalami penurunan drastis. Karena setelah senam, peserta juga dilakukan tes kesehatan dan cek gula darah secara gratis," ujarnya.
RSI Siti Hajar juga mengadakan senam kaki dan tangan setiap hari Jumat pada minggu kedua. Senam itu diadakan di depan poli penyakit dalam. Tak hanya itu, pihaknya juga akan melaunching komunitas jantung pada Juli mendatang.
Salah satu peserta senam diabetes, Ernani (61), warga Desa Sidokepung, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo mengaku senang mengikuti senam itu. Pasalnya, wanita yang pernah terjangkit penyakit stroke ini bisa sembuh karena rutin mengikuti senam dan terapi di RSI Siti Hajar.
"Tahun 2014 lalu saya terkena stroke. Alhamdulillah sejak ikut senam diabetes dan terapi di sini saya kembali sembuh, diabetes saya juga baik," akunya sembari senyum kegirangan.
Sebagaimana diketahui, RSI Siti Hajar Sidorjo adalah rumah sakit milik NU dan Muslimat Sidoarjo ini berdiri sejak 1963. Awalnya RSI ini bermula dari Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang dikelola oleh Muslimat NU. Namun tekat pengurus NU kuat, kemudian Balai Kesehatan ini akhirnya dikembangkan menjadi RS.(Moh Kholidun/Muiz).