Malang, NU Online
Menjadi seorang raja selalu identik dengan kemewahan dan hidup dalam kemakmuran melebihi rakyatnya, karena segala kekuasaan dan harta mudah didapat seorang raja. Namun tidak demikian dengan keadaan Muhammad bin Abdullah sang pemuda padang pasir utusan Allah.
<>
Kendati pemimpin umat dan pembawa wahyu Tuhan, Nabi Muhammad selalu menghindari tidur dengan alas yang empuk. Demikian dituturkan Romo Agus Sunyoto dalam kajian rutin di Pesantren Global, Jumat (14/2) "Kesederhanaan Pemimpin".
Menurutnya, pemimpin yang terlalu mewah adalah pemimpin yang terlalu mencintai dirinya sendiri, dan mencintai diri sendiri secara berlebihan merupakan syirik sughra (syirik kecil), dan perwujudan dari sifat Riya' yang merupakan sumber dari berbagai masalah.
Perilaku Rasulullah ini juga dilakukan pemimpin-pemimpin yang sudah tersohor keadilan dan kewibawaannya, seperti Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, bahkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). "Umar, Ahmad Dinejad, Gus Dur lebih memilih tidur di lantai," terang penulis novel sufi syeh Siti Jenar itu.
Para pemimpin yang memiliki kharisma selalu melepas kecintaan pada duniawi, harta, bahkan melepas kecintaan terhadap diri sendiri dan lebih memilih mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Satu contoh Umar bin Khattab, seringkali memilih tidak tidur pada malam hari dan membagikan langsung gandum melalui tangannya sendiri pada rakyat yang sudah menjadi amanah yang dibebankan pada pemimpin.
"Kecintaan pada diri sendiri yang berlebihan adalah awal dari kesengsaraan," pungkas Agus Sunyoto. (Diana Manzila/Mahbib)