Pasuruan, NU Online
Dalam upaya menangkal paham radikalisme konservatif, Pengurus Komisariat PMII Merdeka Universitas Pasuruan menggelar diskusi bertema Merajut Toleransi Bersama Masyarakat Dalam Negara yang Plural. M Andi Aryanto, ketua Komisariat PMII Universitas Merdeka Pasuruan menekankan sebagaimana diajarkan dalam Nilai Dasar Pergerakan (NDP), kader PMII harus memikiki pemahaman terkait hubungan antara manusia dengan manusia (hablum minannas).
"Sebagai kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang sedari awal diajarkan pemahaman mengenai hubungan vertikal, antara manusia dengan Allah (hablum minallah), hubungan horizontal antara manusia dengan manusia (hablum minanas) dan hubungan antara manusia dengan alam (hablum minal alam) sudah seharusnya berpikiran terbuka," kata Andi di lokasi kegiatan, Kamis (7/6) di Kantor Kecamatan Bugulkidul, Kota Pasuruan, Jawa Timur.
Menurutnya pikiran terbuka dapat dilakukan untuk membuka sebuah pemahaman yang berlandaskan lintas disiplin pemikiran dan pewacanaan dimulai dari lembaga pendidikan hingga ke kelompok-kelompok masyarakat. Hal itu diharapkan dilakukan lebih mendalam dan meluas terkait sebagai upaya menangkal paham radikalisme kelompok konservatif yang kian meresahkan.
"Fenomena berkembang biaknya berbagai macam aliran pemikiran (firqah) dan pemahaman terutama merujuk pada kelompok konservatif di Indonesia tidak semerta-merta muncul di akhir dasawarsa ini, tetapi ada masanya ketika firqah dan pemahaman konservatif yang muncul di masyarakat ini begitu kuat pengaruhnya," kata Andi.
Pada umumnya kondisi tersebut disebabkan oleh representasi regulasi dan kebijakan-kebijakan dari berbagai leading sector, yang tidak sesuai dengan kondisi nyata atau tidak menyasar kepentingan umum.
Organisasi yang meresahkan dan mengancam keberagaman itu sendiri memiliki dualisme. Pertama menciptakan representasi yang buruk atas suatu golongan tertentu, kedua fanatisme yang buta sehingga berkontradiksi dengan realitas. "Pada persoalan ini contoh yang paling nyata ialah kebangkitan paham radikal dan terorisme atau situasi taklid buta dengan figur politik tertentu," papar Andi.
Di akhir sambutannya Andi mengatakan, jika paham-paham radikalisme kolot di Indonesia hilang, dengan sendirinya akan menciptakan situasi yang aman dan nyaman, serta menghindarkan bangsa Indonesia dari perpecahan. "Secara tidak langsung akan menghindarkan NKRI dari kehancuran, serta semakin memperkuat persatuan dan kesatuan," tegasnya.
Acara tersebut juga bertepatan dengan momentum pelantikan Pengurus Komisariat PMII Merdeka, Universitas Merdeka Pasuruan.
Selain diskusi juga diadakan silaturahim antarelemen lintas agama, dan bakti sosial berupa santunan kepada anak yatim dan kaum dhuafa. (Hasanudin/Kendi Setiawan)