Sumenep, NU Online

Tantangan yang dihadapi Nahdlatul Ulama dari generasi ke generasi pasti berbeda. Karenanya, peningkatan kapasitas harus terus dilakukan, utamanya bagi kader yang kelak menjadi penerus jamiyah ini. 

Hal tersebut diingatkan Kiai Dardiri Zubairi pada peringatan hari lahir Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama atau IPNU Sumenep, Jawa Timur, Rabu (27/2).  

Menurut aktivis IPNU tahun 80-an tersebut, tantangan ketika era Orde Baru hingga saat ini tentu sangat berbeda. "Karenanya, IPNU harus lebih meningkatkan kapasitas diri baik pemahaman Aswaja hingga arus teknologi," kata Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep ini pada kegiatan yang berlangsung di halaman BMT NU Gapura.

Pergeseran budaya akibat perkembangan teknologi sangat berdampak besar bagi generasi milenial. Namun demikian, agar tidak gagap dengan perkembangan zaman, yang harus dilakukan pegiat IPNU adalah semakin giat mengaji dan membaca. “Kuncinya adalah kian lebih giat mengaji dan membaca,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Nasyaatul Mutaallim Gapura tersebut. 

Hal ini semakin menemukan momentum karena adanya pergeseran budaya membaca menjadi budaya komentar di media sosial. “Dan ini harus diimbangi dengan membaca,” ulasnya. 

Kiai Dardiri juga menambahkan agar kader IPNU tidak apatis dengan politik dan isu lingkungan. "Sebab, masa depan itu ada di tangan kalian," tuturnya.

Hal serupa diingatkan Abdul Wasid agar kader IPNU tidak terjebak oleh para ustadz di internet yang yang sanad keilmuan tidak jelas. "Dengan begitu sebagai generasi NU perlu membudayakan membaca," tegasnya.

Dalam pandangannya, program IPNU harus kreatif, inovatif, edukatif dan relegius, termasuk saat gelaran kegiatan formal seperti Makesta atau Masa Kesetiaan Anggota. “Nilai religius seperti ngaji bersama,tahlilan berjamaah  harus diterapkan," pesanya.

Harlah ini diselenggarakan IPNU Kecamatan Gapura yang dihadiri utusan dari Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Gapura dan Banom NU lainnya. (Mahrus/Ibnu Nawawi)