Probolinggo, NU Online
Sejak dahulu, patrol telah menjadi tradisi yang dilakukan masyarakat menjelang waktu sahur. Pelakunya kebanyakan adalah bocah dan remaja yang berkeliling kampung membawa kentongan dan peralatan seadanya. Tujuannya untuk membangunkan mereka yang akan sahur dan menunaikan ibadah puasa.<>
Musik yang dibunyikan memang tidak hanya berasal dari kentongan. Tetapi juga barang bekas dan perabot rumah tangga yang sudah tidak dipakai. Bisa berupa kaleng, timba hingga pipa besi. Bunyi dan iramanya yang khas dapat dengan mudah dikenali oleh masyarakat.
“Mumpung puasa kami bisa keluar malam dan membuat gaduh untuk bisa membangunkan warga untuk bersiap-siap makan sahur,” ungkap Zainal Abidin, remaja asal Desa Tempuran Kecamatan Bantaran Kabupaten Probolinggo, Rabu (24/6).
Menurut Zainal, tahun ini patrol Ramadhan terasa sangat istimewa karena bertepatan dengan masa libur sekolah. Sehingga dia bersama teman-temannya tidak menyia-nyiakan hal tersebut. Sebab menurutnya ada kepuasan tersendiri bisa berkumpul dengan teman sebayanya dan membangunkan masyarakat untuk sahur.
Tetapi terkadang mereka mengaku waspada sebab ada saja sebagian masyarakat yang merasa terganggu dengan keberadaan musik patrol. “Padahal waktu itu niat kami hanya ingin membangunkan masyarakat untuk sahur,” jelasnya.
Namun sebagian masyarakat merasa terbantu dengan keberadaan patrol yang dimainkan oleh anaka-anak dan remaja. Seperti yang diakui oleh Sri Agustina, warga Desa Tempur an Kecamatan Bantaran Kabupaten Probolinggo. Sebab biasanya begitu mendengar patrol dia langsung bergegas bangun dan menyiapkan menu sahur untuk keluarganya.
“Biasanya begitu ada bunyi patrol saya langsung bangun dan menghangatkan lagi makanan yang dibuat waktu buka puasa. Jadi tidak perlu lagi memasak lauk pauk dan sayur lagi. Berbeda saat patrol ini tidak ada saya sering telat bangun. Bahkan pernah dulu satu keluarga tidak sahur gara-gara saya telat bangun,” terangnya.
Menurut Agustina, kehadiran remaja patrol ini cukup membantu. Karena selain mereka berkeliling desa membangunkan orang untuk sahur mereka turut juga memberikan rasa aman. Sebab mereka juga akan ikut mengawasi lingkungan yang dilewatinya.
“Tetapi sebaiknya waktu patrol dilakukan secara istiqomah baik jam maupun waktunya. Sehingga bisa menjadi penanda bagi warga untuk bersiap makan sahur tanpa bingun melihat jamnya lagi,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Fathoni)