Fragmen

Fenomena Satu Daerah Dua Cabang

Ahad, 19 Oktober 2014 | 01:39 WIB

Pada tulisan sebelumnya dipaparkan bahwa berdirinya organisasi NU di daerah Tuban, Jawa Timur, bermula dari daerah Jenu (sekitar 15 Km dari pusat kota Tuban), dan kemudian baru tahun Pada tahun 1945 NU berdiri di kota Tuban.
<>
Hal tersebut tak lepas dari peran KH Wahid Hasyim, yang datang menemui Bupati Tuban  R.T. Soediman Hadiatmodjo dan memintanya untuk mengizinkan membuka cabang NU di daerah Tuban.

Setelah berdiri, pada perkembangannya di kurun awal, belum dibentuk secara formal dan struktural kepengurusan. “Jangankan ranting, bahkan saat itu pengurus cabang pun belum terbentuk,” kata Wakil Rais Syuriyah KH Ahmad Mundzir saat ditemui di kediamannya, belum lama ini.

KH Abdul Mu’thi (Rais Syuriyah) bersama Muchith Maksum (Ketua Tanfidziyah) memimpin NU Cabang Tuban di kurun waktu 1945-1949. Kiai Abdul Mu’thi merupakan tokoh ulama sekaligus santri dari Syaikhona Kholil Bangkalan. Sedangkan Kiai Muchith Maksum, seorang tokoh yang pernah mengemban amanah sebagai Kepala Departemen Agama Kabupaten Tuban.


Sementara itu pada tahun 1949, di daerah Tuban Selatan, tepatnya di Senori-Bangilan, sejumlah ulama yang dimotori KH Nur Salim berinisiatif untuk membentuk organisasi NU di daerahnya.

Pada tahun 1952, Setelah berpisah dengan Masyumi, NU Cabang Senori-Bangilan yang meliputi lima kecamatan yakni Senori, Jatirogo, Kenduruan, Bangilan dan Jojogan resmi berdiri dengan susunan pengurus KH Masyhuri sebagai Rais Syuriyah dan Kiai Nur Salim yang merupakan alumni Pesantren Tebuireng sebagai Ketua Tanfidziyah.

Alhasil, di awal perkembangan jam’iyyah NU terdapat dua cabang, yakni NU Cabang Tuban dan NU Cabang Senori-Bangilan. Memang, pada saat itu belum dibolehkan daerah manapun yang ingin mendirikan cabang. Fenomena dua cabang dalam satu kabupaten ini bukanlah satu-satunya yang pernah terjadi. Selain di Tuban ada pula fenomena serupa, yakni NU Rembang dan NU Lasem.

Keberadaan dua cabang dalam satu daerah yang sama ini terus bertahan, hingga pada tahun 1989 diadakan Konferensi Integrasi. “Dengan adanya konferensi ini, maka keduanya dilebur dalam satu kepengurusan, yakni PCNU Cabang Tuban,” ujar Kiai Mundzir.

(bersambung)

(Ajie Najmuddin/ Sumber terkait: Buku Perjalanan NU Tuban. PCNU Tuban. 2014)


Terkait