Jakarta, NU Online
Alkissah pada Tahun 1958 Presiden Soekarno yang dalam rangkan menjalankan character and nation building itu akan berkunjung ke Mataram, Lombok untuk meresmikan Kantor Gubernur Nusatenggara Barat (NTB) sebuah Propinsi yang belum lama berdiri. Agenda perjalannya adalah untuk mengobarkan semangat revolusi disela upacara peresmian lalu ketemu dengan para pejabat Mataram dengan memberikan brifing seperlunya..
Namun di tempat lain di luar
Dengan sendirinya segera menyebarlah berita itu keseluruh Mataram, semua kalangan santri dan pengurus NU yang sangat hormat pada Tuan guru itu, tanpa banyak tanya langsung mengadakan persiapan sebisanya. Sementara para tokoh-tokoh Masyumi, yang tahu agenda kunjungan presiden itu tidak percaya kalau presiden Soekarno akan mampir ke pesantren itu, lagi pula hingga saat itu Soekarno tidak kenal dengan TGH Saleh Hambali, di tambah jadwal dia yang sangat padat. Kalangan Masyumi sama sekali tidak percaya dengan ramalan itu, itu hanya igauan, orang NU mau percaya dan mengikuti perintahnya karena mereka tidak rasional, penuh mistik dan khurafat..
Walaupun menghadapi berbagai ledekan bahkan cemoohan dari kelompok Masyumi-Wahabi, sebagai kelompok tidak rasional yang begitu saja kepada Kiai atau tuan gurunya tanpa melihat kondisi riil seorang presiden. Sementara kalangan NU bersikap petuah TGH Saleh Hambali itu harus diamankan dengan mengatakan kepada para pendukungnya,”kita tunggu saja apa yang terjadi dan akan kita buktikan kewalian guru kita pada mereka” Demikian salah seorang kiai muda menangkis ejekan kelompok Wahabi.
Memang hingga beberapa hari menjelang pelaksanaan agenda protokoler tidak ada jadwal Presiden Soekarno ke pondok, tetapi oleh TGH Saleh Hambali sudah disiapkan Podium penyambutan dan jamuan ala kadarnya. Semakin besar persiapan yang dibuat, semakin kencang cacian yang diterima warga NU, bahkan TGH Soleh Hambali diolok-olok sebagai orang gila oleh orang yang tidak suka. Semua warga NU menerima cacian itu dengan tabah, meski sangat menyakitkan, sebab guru yang mereka muliakan itu selama ini selalu benar terkaannya, sebagai seorang ulama yang waskitho yang ngerti sak durunge winarah (mengetahui sebelum terjadi).
Ketika forreders pengawal presiden dari bandara Selaparang Ampenan hendak menuju
Di luar dugaan, tiba-tiba rombongan presiden dengan mobil yang beriringan langsung membelokkan mobilnya ke arah pesantren yang langsung menuju rumah kiai. Ketika bertemu mereka berpelukan akrab, seolah saling berkenalan sebelumnya. Soekarno bercengkerama dengan ramah. Melihat raut wajahnya yang tawadlu, tetapi menyimpan karakter yang kuat, membuat bung Karno terpesona pada Tuan Guru, tipe ulama kharismatik semacam itu diperlukan sebagai garda