Fragmen

Pujian Muktamirin untuk H Zainul Arifin

Rabu, 25 November 2009 | 06:05 WIB

Muktamar NU di Menes Banten 1936 merupakan momentum Penting dalam penentuan agenda besar NU. Walaupun Kiai Hasyim Asy’ari tidak datang pada Muktamar itu karena alas an kesehatan, tetapi Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Asnawi  Kudus datang. Demikian pula dihadiri oleh Ketua umum PBNU KH Machfudz Siddiq dan KH Wahid Hasyim serta pemimpin NU lainnya.

Namun demikian dalam mengelola persidangan sejak hari pertama hingga penutupan sepenuhnya diserahkan pada KH Zainul Arifin, walaupun saat itu belum pengurus PBNU melainkan masih menjadi Konsul NU wilayah Mester Cornelis (Batavia). Hanya sekali sidang yang tidak dipimpinnya yaitu sidang ketujuh 15 Juni 1938 pimpinan sidang diserahkan kepada H Iskandar Soelaiman yang selama ini menjadi sekretaris sidang. Sementara sekretaris sidang dipegang langsung oleh KH Wahid Hasyim .<>

Saat itu KH Zainul Arifin absen karena  mendapat tugas berat dari PBNU dan Ketua Panitia Muktamar untuk menghadap Hoof van Plaatselijk Bestur (Residen Serang)  untuk memohon izin mengadakan pertemuan terbuka di arena Muktamar agar bisa dihadiri para Nahdliyin dari seluruh kalangan. Permintaan izin pada pemerintah Hindia Belanda ini memang membutuhkan orang yang tidak hanya pemberani tetapi juga harus memiliki kemampuan diplomatis dan yang tidak kalah pentingnya harus mampu berbahasa Belanda dengan fasih dan tugas itu layak dibebankan pada KH Zainu Arifin.

Melihat perannya yang besar itu Ketua PBNU memujinya dengan kata-kata seperti berikut ini:

“C.H.B. Mr. Cornelis toean Zainoel Arifin (Noot : Zainoel Arifin artinja : perhiasanja para mengerti atau ahli terpeladjar. Maka dari itoe, soedahlah pada tempatnja djika beliau itoe mandapat gelaran jang sedemikian, sebab beliau adalah satoe2nja pemimpin jang serba tjukoep pengalamanja, sabar serta tawakkal terhadap apa2, jang dihadapi oleh beliau, dan teroetama adil serba bidjaksana segala pimpinanja. Itoelah sebabnja, maka Congres N.O akan kelihatan soenji, kesepian, koerang hebat dan ramai, kalau beliau itoe sekiranja tiada dapet mengoenjoenginja. Batapakah sajang dan penariknja, bagi seorang perempoean jang tjantik serba molek parasnja, lemah lemboet boedi pekertinja, sopan santoen tegor sapanj, djika ia tiada mempoenjai perhiasan badan sedikitpoen djoega. Begitoelah rasanja keadaanja Congres ini, djika ditinggalkan oleh beliau itoe.”

Dengan kepemimpinan KH Zainul Arifin yang piawi dalam mengelola forum sehingga sidang menjadi sangat efektif dan produktif menghasilkan beberapa keputusan penting mulai masalah politik, pengembangan ekonomi riil dan perbankan, serta penentuan pakaian khas bagi Muslimat NU. Karena itu segala kekurangan yang terjadi dalam Muktamar ini termasuk kekurangan adanya tidak sebanding dengan besarnya hasil yang diperoleh berkat kepiawaian pimpinan sidang tadi. (mdz)


Terkait