Dubes RI untuk Suriah: Resolusi Jihad Bukan Hanya Milik NU
Sabtu, 12 November 2016 | 08:11 WIB
Duta Besar RI untuk Suriah Djoko Harjanto berpendapat, Resolusi Jihad pada tahun 1945 menguak peran ulama dalam menegakkan NKRI, dasar negara Pancasila, dan UUD 1945, hal yang selayaknya dipertahankan dan dilanjutkan para mahasiswa atau santri di Timur Tengah.
Ia mengajak para santri Indonesia di Suriah untuk meneladani semangat juang, patriotisme, dan nasonalisme ulama dalam membela bangsa dan negara Indonesia, sebagaimana ditunjukkan dalam seruan perang suci melawan penjajah tersebut lewat fatwa Hadratussyekh Muhamad Hasyim Asy’ari.
“Meskipun dicetuskan oleh para tokoh NU, Resolusi Jihad yang melahirkan peristiwa Hari Pahlawan 10 November 1945 adalah Resolusi Jihad seluruh umat Islam Indonesia, bukan hanya milik NU semata,” kata Djoko.
Dubes RI untuk Suriah menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara kunci pada Workshop Refleksi Hari Pahlawan & Resolusi Jihad bertema “Mempersiapkan Santri Timur Tengah dalam Dakwah Bela Negara” yang diselenggarakan KBRI Damaskus bekerja sama dengan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Suriah, pada Rabu (9/11).
Hadir pula sebagai pembicara pada lokakarya itu Dubes RI untuk Lebanon Ahmad Chozin Chumaidy dan Mufti Damaskus Syeikh Adnan Afyoni. Sekitar 60 pelajar juga tampak memenuhi lobi KBRI Damaskus. Selain dari Indonesia, mereka juga para mahasiswa ini juga berasal dari Burkina Faso, Tiongkok, Tajikistan, Iran, Malaysia, dan Chenchen.
Sementara itu, Dubes Chozin menyampaikan bahwa Nahdlatul Ulama memiliki komitmen kebangsaan dan komitmen paham Islam Ahlusunnah wal Jamaah.
“Resolusi jihad yang dicetuskan oleh para pendiri NU merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Para Nahdliyin mengikuti ucapan KH Hasyim Asyari yaitu cinta tanah air adalah bagian dari iman,” ujar Dubes Chozin. Para santri Indonesia, tambahnya, wajib hukumnya terlibat dalam upaya pembangunan Indonesia.”
Senada dengan dua pembicara, Mufti Damaskus Syeikh Adnan Afyuni menegaskan bahwa umat Islam memerlukan para pendakwah yang saleh dan berakhlak karimah di segala bidang kehidupan, bukan hanya pendidikan agama, tetapi juga ekonomi, politik, militer, budaya, pertambangan, dan semua aspek kehidupan masyarakat.
Workshop yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November ini melahirkan sebuah rekomendasi yang ditandatangani para pembicara yang menekankan pentingnya para santri Indonesia untuk memupuk semangat patriotisme dan semangat bela negara.
Pejabat Penerangan dan Sosbud KBRI Damaskus, AM. Sidqi menambahkan, lokakarya ini penting diadakan sebagai cara menangkal opini bahwa santri alumni Suriah akan membawa paham radikal sekembalinya ke Indonesia. “Orang sering mengira, Suriah jadi pabrik ekstrimisme-kekerasan, padahal santri Indonesia di Suriah adalah santri Islam yang moderat dan bersemangat bela negara,” tegas Sidqi. (Red: Mahbib)