Internasional

Imbas Aksi Teror, Muslim Spanyol Hadapi Ancaman Reaksi Anti-Islam

Senin, 21 Agustus 2017 | 09:30 WIB

Imbas Aksi Teror, Muslim Spanyol Hadapi Ancaman Reaksi Anti-Islam

Muslim Spanyol (Foto: AP)

Barcelona, NU Online
Aksi teror yang terjadi di Distrik Las Ramblas, Barcelona, Spanyol,  pada Kamis (17/8) memberi dampak merugikan bagi banyak kalangan, tak hanya korban langsung tapi juga umat Islam yang tinggal di negara setempat.

Aksi teror dilancarkan dengan menggunakan sebuah mobil van yang menabrak ke kerumunan orang. Tragedi ini mengakibatkan sedikitnya 13 orang meninggal dunia dan puluhan orang luka-luka.

Bagi kaum Muslimin di sana, tindak kekerasan itu meresahkan karena kekhawatiran mereka akan munculnya reaksi anti-Islam, menyusul klaim ISIS sebagai pelaku yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

"Orang-orang sangat takut," kata Raja Miah (23), seorang imam di sebuah masjid kecil di jantung kota Barcelona, seperti dikutip AFP, Ahad (20/8). Ia mengatakannya sembari menunggu jemaah shalat. Saat itu ia pesimis makmumnya bakal banyak.

"Ketakutan menyelimuti. Orang tidak keluar. Sangat sedikit orang yang datang untuk shalat. Biasanya ada sekitar 40 orang, tadi malam kita bahkan tak sampai 15 orang, dan pagi ini cuma 10," kata Miah, yang pindah ke Barcelona sembilan tahun lalu dari Bangladesh.

Komunitas Muslim Spanyol sampai sekarang terhindar dari Islamofobia yang telah menyapu sebagian Eropa. Partai-partai sayap kanan jarang terlihat dan hanya empat persen orang Spanyol menganggap imigrasi sebagai masalah, menurut survei yang dilakukan Pusat Penelitian Sosiologis (CIS) pemerintah Spanyol.

Namun, serentetan serangan di Eropa, yang diklaim oleh ISIS memicu bangkitnya kebencian terhadap Islam. Jumlah kasus yang tercatat melonjak dari hanya 48 pada tahun 2014 menjadi 534 pada tahun 2015, menurut sebuah kelompok yang mengampanyekan Aksi Warga Melawan Islamofobia.

Imigran menyumbang sekitar setengah dari populasi wilayah padat penduduk itu, sebagian besar mereka dari Bangladesh, Pakistan, dan Maroko. "Orang Spanyol memperlakukan kami dengan baik, mereka membantu kami, mereka membuat kami betah," kata Miah. Tapi, hanya beberapa menit setelah serangan di Barcelona, dia mengaku bisa merasakan ada sesuatu yang berubah.

Ketika aksi teror itu berlangsung Miah melarikan diri dari Ramblas, jalanan di pusat Barcelona, dan segera ia dihentikan oleh polisi. "Ini normal. Mereka melihat janggut dan jubah yang saya pakai, dan mereka menghentikan saya. Tapi Anda merasa tidak enak," katanya.

Selain warga Spanyol, kegeraman sebenarnya juga diperlihatkan umat Islam  setempat. Sekitar 100 anggota komunitas Muslim Barcelona berkumpul di Las Ramblas pada Sabtu untuk berdemonstrasi mengecam serangan di Spanyol. "Mereka bukan Muslim, mereka adalah teroris," teriak mereka. (Red: Mahbib)


Terkait